Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Seri Orang Terkaya Dunia

Seri Orang Terkaya di Indonesia 2017: Djoko Susanto


Siapa sangka pemilik minimarket Alfamart ternyata adalah salah satu orang terkaya di Indonesia? Ini profilnya.

Untuk mengetahui apa usaha bisnis Djoko Susanto, kamu hanya perlu keluar rumah dan berjalan sedikit ke area komplek yang sedikit ramai. Di tempat-tempat seperti itulah biasa usaha milik Djoko Susanto berdiri, sebuah minimarket bertuliskan Alfamart yang lengkap menjual barang-barang kebutuhan pribadimu.

Iya, Djoko Susanto adalah pendiri sekaligus pemilik perusahaan retail Alfamart. Kekayaannya sudah tidak perlu diragukan lagi. Jika dikumpulkan, Ia memiliki harta yang nilainya mencapai USD 1.040 miliar atau setara dengan Rp 9.36 triliun, membuatnya menjadi salah satu orang paling kaya di Indonesia menurut majalah Forbes. Kekayaannya bahkan mengungguli politisi partai bewarna kuning, Aburizal Bakrie dan raja properti, Ciputra.

 

Awal Mula Kehidupan Djoko Susanto

Seperti kisah konglomerat pada umumnya, Djoko Susanto (lahir Kwok Kwie Fo) tidak lahir dari keluarga kaya. Ia lahir dalam sebuah keluarga besar yang pas-pasan, dirinya adalah anak keenam dari sepuluh bersaudara. Djoko Susanto tidak mengenyam pendidikan yang tinggi. Ia terpaksa harus meninggalkan sekolah karena pemerintah Indonesia saat itu melarang siswa dengan nama-nama Cina untuk bersekolah. Karenanya, di usia 17 tahun Ia sudah bekerja di kios bahan makanan sederhana milik orang tuanya di Pasar Arjuna, Jakarta.

Ketika dikelola oleh Djoko, Djoko menambahkan rokok sebagai barang dagangan di kiosnya. Upaya Djoko ternyata berhasil. Dalam sekejap Ia mendapatkan banyak pelanggan baru, entah para perokok, pengecer, atau pengusaha grosir. Hal yang dilakukan Djoko ternyata menarik perhatian Putera Sampoerna, perusahaan rokok tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia saat itu, untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta. Putera Sampoerna pertama kali bertemu dengan Djoko pada tahun 1980 dan akhirnya membuat kesepakatan lima tahun setelahnya.

Pada 27 Agustus 1989, lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat yang mempunyai konsep seperti supermarket. Penggunaan nama Alfa sengaja dipilih karena sifatnya yang netral, tidak mengandung salah satu nama dari kedua pendirinya. Alfa Toko Gudang Rabat inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal merek Alfa, bisnis yang membuat nama Djoko Susanto melambung tinggi dan memberinya kekayaan. Di tahun 1994, Alfa Toko Gudang Rabat berubah nama menjadi Alfa Minimart.

 

Berhenti Bermitra dan Mulai Menjadi Raja Minimarket

Kerja sama Djoko Susanto dengan Putera Sampoerna hanya bertahan sampai tahun 2005. Saat itu Sampoerna memutuskan untuk menjual bisnis tembakau beserta seluruh anak perusahaannya kepada Philip Morris International dengan nilai lebih dari USD 5 miliar. Itu berarti, 70% bagian perusahaan Sampoerna yang ada di Alfa Minimart juga terjual kepada Philip Morris International.

Philip Morris ternyata tidak tertarik dengan bisnis retail, mereka menjual saham Alfa Minimart kepada Djoko Susanto dan Northstar, sebuah investor ekuitas swasta. Setelah itu, mulailah Djoko untuk membangun bisnis ritel Alfa Supermarket yang berada dalam naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Pada tahun 2007, Djoko Susanto membangun Alfa Midi dibawah naungan PT Midimart Utama. Ternyata, bisnis-bisnisnya terus mengalami perkembangan dan menghasilkan keuntungan besar. Hal itu membuat Djoko kembali membeli saham Alfa dari Northstar pada tahun 2010 dan menjadikannya memiliki 65% perusahaan. Saham itu kemudian diperdagangkan dan menghasilkan dua kali lipat pada 12 bulan terakhir, membuat Djoko Susanto masuk dalam jajaran miliuner dunia.

Setelah menikmati kesuksesannya, Djoko harus sedikit menghela napas karena harus merelakan Alfa Supermarket berpindah tangan kepada pihak Carrefour karena omzetnya kurang memuaskan. Walaupun begitu, Djoko tetap giat membangun Alfa Midi dan Alfa Minimart (Alfamart) miliknya. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia mampu menjalin meng-goal kan kerjasama antara Alfa Midi dengan Lawson, salah satu waralaba convenience store dari Jepang.

Saat ini, usaha bisnis Djoko Susanto sudah semakin berkembang. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk menjalankan lebih dari 5500 toko yang terdiri dari berbagai merek, yaitu Alfamart, Alfa Midi, Alfa Express, dan Lawson. Bahkan bisnis Alfamart-nya telah meluas sampai ke Filipina. Alfa Group juga mulai aktif dalam pengembangan real estate. Karena alasan usia, Djoko Susanto telah menyerahkan tongkat estafet bisnisnya kepada anak-anaknya.

Photo credit: id.wikipedia.org

 

Membangun Sebuah Universitas

Walaupun dirinya tidak sempat mengicipi bangku sekolah terlalu lama, namun Djoko Susanto tetap mencintai pendidikan. Oleh sebab itu, melalui Yayasan Pendidikan Bunda Mulia yang didirikan pada tahun 1986, Djoko mendirikan sebuah universitas dan sekolah yang dinamakan Universitas Bunda Mulia dan Sekolah Bunda Mulia pada tahun 2003. Di tahun yang sama, Yayasan Pendidikan Bunda Mulia mengembangkan kampusnya yang kedua di daerah Jakarta Utara.

Walaupun terbilang baru, Universitas Bunda Mulia sudah mengukir cukup banyak prestasi. Beberapa prestasi yang diraihnya adalah 20 besar tim debat bahasa Inggris bertaraf nasional dalam acara European Union Intervarsity Debate Championship 2011, juara 1 sekaligus menjadi pembicara di ACESS English Debate Competition 2012, Juara 1, 2 dan 3 Guerilla Marketing Competition, Communication Avenue (COMVEE) di UPH, Juara 1 dan 3 pada perhelatan Call For Paper Competition, Communication Avenue (COMVEE) 2014 di UPH, dan Juara 1 Chinese Bridge International, dan Kompetisi Bahasa Mandarin Tingkat Universitas se-Indonesia pada tahun 2015.

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Mencari Dana untuk Startup

Cara Mencari Investor Untuk Startup Baru

Masa Depan Konten, Komunitas, dan Bisnis Online

 

Yovita Omega

Pernah berkarya di Pikiran Rakyat, kini Yovita aktif di digital agency di Jakarta.

Facebook