Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Seri Orang Terkaya Dunia

Seri Orang Terkaya di Indonesia 2017: Purnomo Prawiro


Belajar menjadi orang kaya itu bisa dari siapa saja, salah satunya dari seorang mantan supir taksi.

Kamu pasti pernah dengar taksi biru paling populer di Jakarta bukan? Iya, Blue Bird, salah satu layanan taksi terpercaya di Indonesia. Mengusung konsep layanan transportasi yang nyaman dan reliabel, jasa Blue Bird bahkan pernah dipakai oleh pemerintah Amerika Serikat saat Barack Obama mengunjungi Jakarta pada tahun 2010 lalu sebagai transportasi tim kepresidenan.

Blue Bird didirikan oleh Mutiara Djokosoetono, seorang wanita asal Malang yang memiliki 3 orang anak. Sebenarnya, embrio Blue Bird mulai terbentuk semenjak tahun 1965, tepat ketika Prof. Djokosoetono, suami Mutiara, meninggal karena sakit yang tak kunjung sembuh. Saat itu, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan PTHM tempat Mutiara bekerja sebagai dosen hukum memberinya dua sedan bekas merek Opel dan Mercedes. Dari sinilah Ia memiliki ide untuk membangun sebuah transportasi publik yang dicintai penumpangnya.

Sejak saat itu, bisnis taksi “gelap” Mutiara mulai berjalan. Ia dibantu oleh menantu dan ketiga anaknya: Chandra Suharto yang bertindak sebagai operator telepon, Mintarsih Lestiani, dan Purnomo Prawiro, si bungsu yang berperan sebagai pengemudi. Bisnis taksi Mutiara yang pertama menggunakan sistem tarif meter di Jakarta, pemesanan taksi dilakukan melalui telepon rumahnya.

Seiring berjalannya waktu, memasuki dasawara 70-an, Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengumumkan bahwa Jakarta akan memberlakukan izin rezmi bagi operasional taksi. Asam garam harus Ia lewati untuk mendapatkan ijin, tetapi akhirnya taksi “gelap” Mutiara berubah menjadi transportasi publik yang menyebar di seluruh kota Jakarta. Nama Blue Bird resmi dipakai sejak tahun 1972.

Di tahun 1975, Purnomo Prawiro dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai direktur operasional, sementara sang kakak, Chandra Suharto, lebih fokus berkarya di PTIK. Di bawah kepemimpinannya, Blue Bird terus berkembang. Saat ini, armada taksi Blue Bird sudah mencapai 30 ribu lebih taksi, belum termasuk limusin, bus wisata, mobil carteran, dan angkutan truk kontainer yang juga ikut disewakan sebagai pelebaran bisnis Blue Bird. Blue Bird juga telah hadir di beberapa kota lainnya, seperti Bandung, Banten, Batam, Lombok, Manado, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Cilegon, dan beberapa kota lainya.

Kerja keras memang tidak pernah membohongi hasil. Purnomo Prawiro bahkan pernah dinobatkan menjadi orang terkaya ke-25 di Indonesia menurut versi majalah Forbes tahun 2014. Kekayaannya mencapai USD 1.3 miliar. Dua tahun berselang, masalah datang pada perusahaannya. Saham Blue Bird jatuh 50% selama 12 bulan sampai pertengahan November 2016. Hal ini disebabkan oleh persaingan dengan transportasi publik dan online lainnya, seperti Uber, Grab, dan Go-Jek.

Tahun-tahun tersebut menjadi tahun kelam bagi Blue Bird. Banyaknya demo anarkis yang menuntut penghentian taksi online memperburuk citra ramah Blue Bird yang selama ini telah susah payah dibangun. Emiten transportasi berlambang burung biru ini hanya meraup laba sebesar Rp 507,28 miliar di 2016 atau turun 38,44% bila dibanding pencapaian di tahun sebelumnya, Rp824,02 miliar.

Salah satu cara untuk mengatasi krisis ini adalah dengan memperluas layanan di beberapa kota di luar Jakarta, seperti Semarang, Surabaya, dan Makasar. Selain itu, Blue Bird juga bekerjasama dengan transportasi online Go-Jek dengan membuat layanan ride-sharing. Maksudnya, pengguna aplikasi Go-Jek yang memesan mobil via fitur Go-Car bisa saja mendapat taksi BlueBird. Namun harga dan diskon yang berlaku sama seperti saat mendapat mobil Go-Car biasa. Diakui oleh Sigit Priawan Djokosoetono seperti yang dikutip dari Metrotvnews.com, kerjasama dengan Go-Jek memberikan kontribusi ke pendapatan Blue Bird walaupun angkanya tidak disebutkan. Kerjasama layanan ride-sharing seperti ini sebelumnya sudah dilakukan oleh Express Group dan Uber.

Selain itu, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2016 PT Blue Bird Tbk (BIRD) juga telah memutuskan untuk menebar dividen ke pemegang saham sebesar Rp152,62 miliar atau setara 30,09 persen dari porsi laba sebesar Rp507,28 miliar di 2016, walaupun laba posisi tahun lalu mengalami penurunan. Hal ini dilakukan demi memperkuat pendanaan perseroan dalam melakukan ekspansi ke depannya.

Fluktuasi hidup Purnomo Prawiro bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, Ia sekali lagi mengingatkan kita bahwa hidup memang tidak pernah mudah. Ibunya lahir dari keluarga berada, namun harus hidup sederhana karena bisnis keluarganya bangkrut. Ia harus ditinggal oleh suaminya dan menjadi single parent dengan 3 orang anak. Ia kerja keras membangun bisnis taksi dan akhirnya berkembang, berhasil mengangkat kembali derajat hidup keluarganya.

Photo credit: GörlitzPhotography (flickr.com)

Setelah dipegang Purnomo Prawiro, Blue Bird semakin berkembang dan menjadi taksi nomor satu di Indonesia. Sayangnya, Ia harus mengalami kesulitan setelah bisnis taksi online mulai berkembang di Indonesia. Purnomo Prawrio memang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, tetapi hal itu tidak membuat hidupnya kebal terhadap masalah.

Walaupun demikian, solusi-solusi yang diciptakan oleh Purnomo Prawiro dan tim secara perlahan dapat membangkitkan kembali perusahaan yang sudah sejak lama dibangunnya. Kisah orang sukses memang selalu seperti itu, berapa kali mereka jatuh, mereka tidak pernah lelah untuk bangkit kembali Sobat Studentpreneur.

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Peluang Big Data di Masa Depan

Dunia Investasi Startup di Tahun 2017

Cara Mencari Investor untuk Startup Baru

 

Yovita Omega

Pernah berkarya di Pikiran Rakyat, kini Yovita aktif di digital agency di Jakarta.

Facebook