Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Inovator

Profil Pendiri Brand Penguin Books, Allen Lane


Tidak hanya Steve Jobs yang pernah dipecat dari perusahaan yang dibesarkannya, begitu pula Allen Lane yang hampir dikeluarkan oleh jajaran dewan direksi perusahaannya sendiri.

 

Kamu yang hobi membaca buku pasti sudah sangat familiar dengan logo bergambar penguin pada beberapa judul internasional. Rasanya rak buku akan terlihat lebih indah jika ada satu saja buku berlogo penguin yang bertengger di sana. Inilah kekuatan yang berhasil diciptakan oleh Penguin Books, sebuah brand penerbit buku yang namanya telah melegenda di kalangan bookworms di penjuru dunia.

Pada tahun 2015 lalu, keuntungan penjualan Penguin Books berhasil meningkat hingga 11,8% dari tahun sebelumnya. Hal ini cukup membanggakan di tengah maraknya penggunaan e-book. Kesuksesan tersebut tak terlepas dari sosok profil Allen Lane, sang pendiri brand Penguin Books

 

Berpisah dari Perusahaan Keluarga

Sejak awal, Allen Lane ternyata memang sudah terjun di dunia penerbitan buku. Pada tahun 1919, Allen bergabung dengan perusahaan penerbitan buku bernama Bodley Head, yang didirikan oleh pamannya sendiri, John Lane. Setelah pamannya tersebut meninggal pada tahun 1925, Allen pun segera diangkat menjadi seorang Managing Editor. Selama bekerja di Bodley Head, Allen kerap terlibat konflik dengan jajaran Board of Directors (BOD). Salah satu konflik hebat yang pernah terjadi adalah ketika Allen ingin menerbitkan buku kontroversial James Joyce berjudul Ulysses, tetapi BOD merasa ragu untuk melakukannya.

Akhirnya, bersama saudaranya yang bernama Richard dan John, Allen pun mendirikan Penguin Books pada tahun 1935. Saat itu, Penguin Books masih berada di bawah naungan Bodley Head. Keputusan Allen dalam mendirikan Penguin Books juga dipengaruhi oleh pengalamannya pada tahun sebelumnya. Ketika itu, Allen sedang berada di sebuah stasiun setelah mengunjungi Agatha Christie. Ia menyadari tidak adanya bahan bacaan satu pun yang bisa digunakannya sambil menunggu kereta. Allen pun mulai memikirkan konsep buku paperback yang bisa dijual hanya dengan harga enam pence atau setara dengan satu pak rokok berisi sepuluh batang.

 

Ekspansi Bisnis Penguin Books

Tidak hanya ingin menjual buku dalam bentuk paperback dengan harga murah, Allen juga bertekad untuk melakukannya dalam cara yang tak biasa, yakni menggunakan vending machine. Diberi nama Penguincubator, vending machine buku Penguin Books pertama diletakkan di depan toko buku Henderson di Charing Cross Road, London. Pada tahun 1936, Penguin Books akhirnya memutuskan untuk berpisah dari Bodley Head.

Sejak saat itu, bisnis Allen pun berkembang semakin pesat dan ia terus melakukan ekspansi ke berbagai area seperti Pelican Books pada tahun 1937, Puffin Books pada tahun 1940, dan serial Penguin Classics pada tahun 1945. Ketiganya masih beroperasi di bawah naungan Penguin Books. Pelican Books merupakan penerbitan khusus buku-buku nonfiksi, Puffin Books menerbitkan buku-buku untuk anak, sementara Penguin Classics menerbitkan buku-buku klasik dari berbagai negara.

 

 

Sempat hampir Dipecat dari Bisnis Sendiri

Seiring dengan bisnis Penguin Books yang tumbuh, Allen pun merekrut beberapa orang untuk bekerja dengannya. Salah satunya adalah Tony Godwin, yang menjabat sebagai Chief Editor. Sebetulnya, Tony memiliki karakter yang mengingatkan profil Allen dengan dirinya dulu saat masih bekerja di Bodley Head. Karena isu tertentu, suatu hari Tony dan Allen terlibat dalam pertentangan besar. Bahkan pada tahun 1965, Tony mencoba mendepak Allen dari Penguin Books dengan dukungan dari jajaran dewan direksi.

Merasa tidak terima, Allen pun melakukan aksi balas dendam dengan mencuri cetakan buku kontroversional berjudul Massacre karya kartunis asal Perancis, Siné, dan membakarnya. Pada akhirnya, Allen memutuskan untuk memecat Tony dan berhasil mengambil alih kembali Penguin Books. Sayangnya, tidak lama setelah itu, Allen justru terpaksa harus pensiun lebih awal karena didiagnosis menderita penyakit kanker usus. Karena penyakitnya itu, Allen meninggal dunia pada tahun 1970.

 

Buku Murah Juga Harus Punya Desain Bagus

 

Photo credit: vimeo.com

Selain koleksi bukunya yang bagus, Penguin Books juga dikenal dengan logo dan desain sampul yang menarik. Sejak awal, Allen menegaskan bahwa meskipun harga buku paperback yang dijualnya berharga murah, tetapi desain sampulnya harus tetap diperhatikan. Dalam perjalanannya, sudah ada banyak sekali desainer yang ditunjuk Allen untuk merancang desain buku-buku di Penguin Books. Salah satunya adalah Edward Young, yang sengaja dikirim ke Kebun Binatang London untuk menggambar sketsa penguin sebagai logo.

Pada tahun 1946, Allen juga menyewa jasa Jan Tschichold, seorang desainer tipografi asal Jerman untuk membuat gaya desain yang seragam. Ia menentukan dengan persis bagaimana setiap elemen buku harus didesain, jarak ruang antar huruf, hingga logo Penguin yang ia gambar dalam delapan versi. Jan kemudian menulis sebuah aturan komposisi Penguin yang harus dipatuhi seluruh pihak. Ia bahkan tak segan untuk memarahi tukang cetak jika menemukan adanya kesalahan.

 

Tahun ini akan menjadi penanda 82 tahunnya eksistensi Penguin Books, yang telah berubah nama menjadi Penguin Random House sejak 2003, di dunia literatur internasional. Meski penggunaan e-book di era digital kini semakin marak, Penguin Books tetap mampu bertahan berkat visi dan misi profil Allen dulu untuk menerbitkan buku paperback berharga terjangkau. Jadi, apakah kamu punya salah satu buku terbitan Penguin Books di rak kamu?

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Indonesian Independence in a Digital Economy

Dunia Investasi Startup di Tahun 2017

Kematian Desain Grafis

 

Biru Cahya Imanda

Biru Cahya Imanda bekerja sebagai Head of Surabaya di Penulis.ID, sebuah perusahaan digital content agency ternama.

Facebook Twitter