Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Motivasi

6 Pengusaha Sukses di Indonesia Berusia di Bawah 40 tahun


Life isn’t always start at 40, enam pengusaha ini buktinya.

Indonesia saat ini sedang giat-giatnya menjalankan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, sebuah gerakan yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Gerakan ini bertujuan untuk mewujudkan Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia di tahun 2020 yang memiliki 1000 startup. Tidak hanya sekedar untuk meningkatkan jumlah startup, gerakan ini juga bertujuan untuk membangun perusahaan digital yang handal dan dapat memberikan dampak positif dan memecahkan berbagai masalah di Indonesia.

Sejalan dengan hal tersebut, banyak anak muda hari ini yang kemudian memutuskan untuk membangun sebuah startup dibandingkan bekerja dalam sebuah perusahaan besar. Yap! Mereka memilih untuk menjadi seorang pengusaha dengan fluktuasi hidup yang naik turun daripada harus masuk pada rutinitas kantor. Selain itu, menjadi seorang pengusaha akan lebih memacu kreativitas yang biasanya tidak terlalu diapresiasi oleh lingkungan perusahaan besar.

Kebanyakan anak-anak muda yang baru saja mendirikan startup mungkin belum stabil secara finansial. Mereka masih harus menghadapi jutaan tantangan untuk membesarkan bayinya dan mencapai titik sukses. Tetapi tahukah kamu bahwa Indonesia ternyata memiliki segelintir pengusaha yang telah mencapai kesuksesannya sebelum usia 40 tahun? Berikut keenam nama dan sepenggal kisah hidup mereka yang bisa menginspirasi kamu:

 

Ciliandra Fangiono

Pengusaha suskses di Indonesia pertama disematkan pada CEO First Resources, Ciliandra Fangiono. Mulai dibangun oleh ayahnya sejak dua dekade lalu, Martias Fangiono, First Resources adalah perusahaan minyak sawit yang memiliki 247.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang tersebar luas di Sumatera, Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Saat ini, First Resources sudah memiliki 14 pabrik. Pabrik terakhirnya baru selesai dibangun pada tahun 2016 di Kalimantan Barat. Dikutip dari Forbes, Ciliandra merencanakan akan membangun pabrik ke-15 nya di daerah Kalimantan Timur.

Tidak hanya mengelola First Resources, Ia juga memiliki anak perusahaan bernama PT Ciliandra Perkasa, sebuah perusahaan yang juga bergerak pada bidang usaha penanaman, pemanenan, serita pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah untuk kebutuhan ekspor.

Kekayaan Ciliandra saat ini mencapai USD 1,3 miliar atau setara dengan Rp 18,1 triliun. Ia kemudian juga dinobatkan menjadi milyader termuda yang dimiliki oleh Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, First Resources dapat meningkatkan nilai sahamnya hingga 30%.

 

Iwan S. Lukminto

Orang Solo pasti tahu Sritex, sebuah perusahaan tekstil yang sudah berdiri sejak 1997. Pada masa awal, Sritex hanyalah sebuah toko batik kecil di Solo yang dibangun oleh ayah Iwan S. Lukminto, H.M. Lukminto. Seiring berjalannya waktu dan kerja keras, Sritex berkembang menjadi salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara. Sritex bahkan menjadi pemasok resmi seragam yang digunakan oleh tentara NATO dan baju-baju modis di outlet ZARA.

Saat ini Sritex dipimpin oleh Iwan S. Lukminto, anak tertua dari H.M. Lukminto. Dikutip dari CNN Indonesia, Iwan mengaku bahwa Ia mengalami banyak tantangan dalam menggeluti industri tekstil. Apalagi, banyak pengamat bisnis yang menilai bahwa industri tekstil sedang mengalami masa pelemahan akibat adanya persaingan global. Walaupun begitu, Iwan tidak menyerah dan terus melakukan inovasi. Tahun lalu, Ia mencoba untuk memperbesar kapasitas produksi dan mengaplikasikan teknologi terbaru dalam bisnisnya.

Disebut oleh Forbes, Iwan memiliki kekayaan hingga USD 540 juta atau setara dengan Rp 7 trilliun rupiah.

 

Elang Gumilang

Elang Gumilang adalah seorang pengusaha dan CEO Elang Group. Ia mulai dikenal setelah berhasil membangun perumahan sederhana dengan harga yang relatif terjangkau. Walaupun perumahan yang Ia bangun ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah, Elang tetap menyediakan fasilitas umum seperti lapangan olahraga, klinik 24 jam, dan lokasi yang dekat dengan sekolah layaknya perumahan pada umumnya. Lelaki Bogor berusia 32 tahun ini juga memilliki cita-cita untuk membuka lapangan kerja sebanyak 100.000 orang melalui bisnis perumahan dan properti yang dikembangkannya.

Elang hari ini memang termasuk dalam jajaran pengusaha yang telah sukses sebelum berusia 40 tahun. Namun, semua ini Ia dapatkan dari jerih lelah dan kerja kerasnya. Elang tidak lahir dengan sendok perak di mulutnya. Ia harus berjualan kue donat dan mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya (walaupun akhirnya dilarang oleh orangtuanya dan harus berkonsentrasi menghadapi UN). Di masa kuliahnya, Elang juga mencoba peruntungannya berjualan sepatu untuk membiayai kuliahnya. Tidak bertahan lama karena kualitas sepatu yang Ia dapatkan dari pemasok semakin menurun, Ia kemudian menjajal usaha lain seperti pengadaan lampu dan minyak goreng.

Jika dihitung-hitung, Elang harus menghadapi kegagalan berbisnis sebanyak empat kali sebelum akhirnya menemukan usaha bisnis properti yang membesarkan namanya. Jadi jika kamu sedang memulai bisnis namun terpentok kegagalan, kamu sudah tahu kan harus berbuat apa?

 

Bong Chandra

Bong Chandra sebenarnya lahir dari keluarga berkecukupan. Sayangnya, krisis ‘98 membuat pabrik orang tuanya ditutup. Sejak saat itu, keadaan keuangan keluarga Bong Chandra kian hari kian memburuk.

Jika orang lain melihat kondisi itu sebagai petaka, Bong Chandra justru melihatnya sebagai kesempatan untuk mencari uang sendiri. Mulai dari SMA hingga kuliah, Ia terus berjualan. Melihat kegigihannya, salah satu teman Bong sewaktu kuliah menawarkan dirinya bisnis MLM. Tanpa berpikir panjang, Bong bergabung dalam bisnis tersebut. Ternyata pengalamannya menjadi agen MLM membawanya ke impian barunya sebagai motivator. Pada tahun 2008, Bong memutuskan keluar dari MLM dan belajar menjadi seorang motivator profesional dari Tung Desem Waringin.

Memiliki karier bagus sebagai motivator, Bong mulai menjajaki dunia bisnis ketika bertemu dengan seorang pengusaha properti pada tahun 2009. Pengusaha properti tersebut yang menawarkan Bong sebuah lahan seluas 5 hektar di daerah Ciledung, Tangerang. Bong membelinya dengan modal pas-pasan dan mengubah lahan itu menjadi perumahan bernama “Ubud Village”. Tidak lama setelah itu, setelah Bong melunasi semua hutangnya ketika membangun Ubud Village, Ia kembali membangun ruko dan beberapa proyek properti lainnya.

Bong Chandra memang masih berusia 30 tahun, tetapi namanya sudah termasuk dalam deretan pengusaha sukses di Indonesia.

 

Dimas Ganjar Merdeka

Kamu pernah dengar dengar keripik pedas “Maicih”? Yap! Kripik pedas asal Bandung ini ternyata dipelopori oleh seorang anak muda bernama Dimas Ganjar Merdeka, atau biasa dipanggil Bob Merdeka.

Photo credit: commons.wikimedia.org

Usaha Bob membuat keripik pedas Maicih sebenarnya hanya dikarenakan Ia sangat menyukai keripik singkong sewaktu kecil. Namun dengan cara kreatifnya, Ia berhasil membuat keripik singkong pedas ini menjadi produk berkelas yang siap bersaing dengan produk lainnya. Pada Oktober 2010, Bob memilih memasarkan Maicih dengan cara gerilya, yaitu memanfaatkan sosial media Twitter dengan tagar #maicih. Tanpa disangka-sangka, cara ini berhasil dan nama Maicih mulai tersebar luas secara perlahan. Hanya satu tahun berselang, Maicih terpilih menjadi The Hot Snack 2011 oleh majalah Rolling Stone Indonesia.

Saat ini, Bob tidak hanya mengejar target penjualan saja, namun juga turut aktif dalam kegiatan peduli lingkungan. Maicih memiliki kampanye bertajuk ‘one coin one leaf’, dimana Maicih akan menyisihkan Rp 100,- pada setiap produk yang terjual untuk program perbaikan lingkungan. Ia juga terus menjaga kualitas produk dan distributor yang memasarkannya. Produk Maicih juga sudah berkembang luas. Berawal hanya sebatas keripik singkong pedas dengan berbagai level, saat ini Maicih juga menjual mie instan, stik kentang, makaroni lidi, kerupuk ikan, batagor kuah instan, keripik macaroni, keripik gurilem, dan basreng.

Uniknya, mulai pada Januari 2011, keripik Maicih terdiri dari dua versi: versi logo yang menghadap ke depan dan versi logo yang menghadap ke samping. Usut punya usut, ternyata logo Maicih yang menghadap ke samping adalah produk keripik pedas buatan adik Bob Merdeka sendiri, Reza Nurhilman. Diakui Bob, perbedaan visi dan tujuanlah yang menyebabkan Maicih akhirnya harus pecah kongsi.

 

Nicholas Kurniawan

Sama seperti pengusaha sukses pada umumnya yang terlahir dari keluarga berekonomi sulit, Nicholas Kurniawan pun mengalami hal yang sama. Saat ini Niko – begitu Ia kerap disapa – memang sudah menjadi pengusaha bisnis ikan hias dengan pemasukan ratusan juta tiap bulannya, namun Ia tetap mengawalinya dengan kerja keras.

Niko memulai berjualan ketika usianya masih 8 tahun dan duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, Ia menjual makanan dan minuman ringan demi membantu ekonomi keluarganya yang banyak hutang. Tidak berlangsung lama, Niko kemudian beralih bisnis menjadi pedagang pakaian, namun lagi-lagi kegagalan lah yang ditemuinya.

Niko memulai bisnis ikan hias sebenarnya secara tidak sengaja. Menginjak  usia 17 tahun, Niko diberi hadiah sepaket ikan Garra Rufa oleh temannya yang bisa digunakan untuk berbagai jenis terapi. Karena merasa ikan tersebut tidak terlalu berguna baginya, Niko pun iseng mencoba menjualnya dalam Forum Jual-Beli (FJB) di Kaskus. Tanpa disangka, ternyata ada banyak sekali peminat ikan Garra Rufa. Ia hanya perlu beberapa jam saja untuk menjual semua ikan itu, bahkan masih ada peminat yang tertarik setelah ikan Garra Rufa yang dimilikinya sudah habis terjual.

Melihat peluang bisnis itu, Niko mencoba bisnis jual-beli ikan hias secara profesional. Berkat bantuan temannya, Ia mendapat supplier ikan Garra Rufa yang Ia jual kembali secara online melalui Kaskus. Ternyata bisnis tersebut bisa menghasilkan 2-3 juta Rupiah per bulannya. Dari situlah Ia terus mengembangkan bisnisnya dan tidak hanya berfokus pada satu jenis ikan saja. Saat ini, Niko adalah direktur pelaksana Venus Aquatics, salahsaatu perusahaan jual-beli ikan hias tropis terbesar di Asia Tenggara.

Tidak berhenti disitu, Niko juga membantung Synergy Entrepreneur Academy bersama dengan teman kampusnya. Dikutip dalam situs web resminya, Synergy Entrepreneur Academy adalah sebuah institusi pendidikan informal yang berfokus pada pendidikan entrepreneurship. Mereka membawa misi untuk menyadarkan anak muda Indonesia akan pentingnya menjadi seorang entrepreneur, memperlengkapi, serta membimbing mereka dengan berbagai kebutuhan untuk mulai berbisnis.

Pepatah life begins at 40 ternyata tidak bisa disematkan pada semua orang. Bagi sebagian orang, usia 40 memang fase dimana kamu mulai menjalani hidup dengan serius dan dewasa demi mencapai kenyamanan sepuluh tahun setelahnya. Namun bagi sebagian orang lainnya, khususnya bagi keenam pengusaha ini, mereka tidak perlu menunggu berusia 40 untuk “memulai hidup” dan menunggu sepuluh tahun berikutnya hanya untuk menikmatinya.

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Indonesian Independence in a Digital Economy

Dunia Investasi Startup di Tahun 2017

Kematian Desain Grafis

 

Yovita Omega

Pernah berkarya di Pikiran Rakyat, kini Yovita aktif di digital agency di Jakarta.

Facebook