Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Motivasi

Orang di Balik Kesuksesan Brand Kate Spade New York


Kate Spade New York saat ini memang sudah tidak lagi di bawah nama Katherine, tetapi ciri khas desain dan karakternya masih melekat di setiap produk yang diciptakan.

 

Hal-hal hebat memang bisa berasal dari mana saja, bahkan kebuntuan sekali pun. Katherine Noel Brosnahan adalah salah satu orang yang berhasil membuktikannya. Belum familiar dengan nama tersebut, Sobat Studentpreneur? Bagaimana dengan nama Kate Spade?

Ya, Sobat Studentpreneur, Katherine Noel Brosnahan adalah pendiri brand Kate Spade. Ia menikah dengan suaminya, Andy Spade, dan sejak saat itu mengubah nama menjadi Kate Spade. Ia pun menggunakan nama tersebut sebagai brand fesyen buatannya, yakni Kate Spade New York (NY), yang pada tahun 2015 lalu berhasil mendapatkan keuntungan penjualan hingga US$1,24 miliar!

Padahal, dulunya Katherine memulai karir sebagai jurnalis. Bagaimana dia bisa membangun Kate Spade NY hingga sukses besar seperti sekarang?

 

Rela Meninggalkan Pekerjaan Tetap

Lahir di Kansas City, Missouri, pada 4 Desember 1962, Katherine menghabiskan masa kecilnya di sana. Memasuki masa kuliah, ia pindah ke Arizona untuk menempuh pendidikan dalam bidang jurnalisme di Arizona State University dan lulus pada tahun 1985. Di sanalah ia bertemu dengan suaminya, Andy Spade, yang kuliah di jurusan arsitektur. Setelah lulus, keduanya pindah ke New York City pada tahun 1986. Katherine pun bekerja sebagai Style Editor di Mademoissele, sebuah majalah wanita.

Bertahun-tahun bekerja di Mademoissele dalam bidang fesyen, Katherine menyadari bahwa saat itu ia tidak pernah menemukan tas dengan gaya yang pas dengannya. Di sisi lain, ia juga mulai merasa jenuh bekerja di Mademoissele, tetapi belum tahu harus membawa karirnya ke mana. Berkat saran dari Andy, Katherine pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari Mademoissele demi menciptakan produk tas yang sesuai dengan keinginannya. Ia terjun sendiri dalam meneliti gaya tas yang ada di pasaran, kain yang dipakai, biaya produksi, hingga pemasaran.

Pada tahun 1996, toko Kate Spade NY pertama resmi dibuka di Soho, NYC. Delapan bulan kemudian, ada seorang jurnalis dari Cleveland Research Co. yang menawarkan untuk membeli sebagian saham Kate Spade NY karena tertarik dengan potensi pertumbuhan brand-nya. Sejak saat itu, Kate Spade NY pun terus mengalami perkembangan positif hingga mampu menembus pasar internasional.

Photo credit: upload.wikimedia.org

 

Ekspansi ke Produk Lain

Awalnya, Katherine hanya memproduksi enam model tas tangan berukuran besar dari bahan nilon berwarna cerah. Seiring berjalannya waktu, ia pun melakukan ekspansi untuk menciptakan produk lain, mulai dari sepatu, dompet, kacamata, piyama, hingga alat tulis dan personal organizer. Bahkan, pada tahun 2004, Kate Spade at Home resmi diluncurkan untuk menyediakan koleksi dekorasi rumah, seperti wallpaper, perlengkapan kamar mandi, dan beddings. Pada tahun yang sama, Kate Spade juga telah memiliki tiga belas toko yang tersebar di US.

Selain jenis produk yang telah disebutkan di atas, Kate Spade NY juga memproduksi parfum. Produk parfum pertama Kate Spade NY diluncurkan pada tahun 2003 dan diberi nama yang sama sesuai brand, yakni Kate Spade. Pada tahun 2010, Kate Spade kembali meluncurkan parfum bernama Twirl. Sebagai salah satu perayaan ulang tahun Kate Spade NY ke-20 pada tahun 2013, maka diluncurkanlah parfum baru yang diberi nama Live Colorfully. Setiap produk Kate Spade NY dijual dalam sebuah kemasan spesial, yang di dalamnya terdapat sebuah kartu berisi deskripsi singkat tentang perjalanan Katherine dan Andy.

 

Memutuskan untuk Menjual Brand

Pada tahun 1998, ketika pertumbuhan Kate Spade NY mulai terlihat pesat, Katherine berhasil mendapatkan total penjualan hingga US$27 juta. Setahun setelahnya, Neiman Marcus Group, induk perusahaan dari department store bernama Neiman Marcus, membeli 56% saham Kate Spade NY sebesar US$34 juta. Pada tahun 2006, Neiman Macus Group mengakuisisi Kate Spade NY dengan membeli 44% sisa saham yang ada.

Setelah Katherine tak lagi menjadi pemilik Kate Spade NY, pihak perusahaan pun menunjuk Deborah Lloyd sebagai presiden dan Chief Creative Officer. Sebelumnya, Deborah sudah pernah bekerja di beberapa brand fesyen ternama lain seperti Banana Republic, Burberry, Kenzo, dan Hechter. Hingga kini, ia masih menduduki jabatan yang sama di Kate Spade NY.

 

Bisnis Baru, Nama Baru

Lalu, apa yang kini dilakukan Katherine setelah tak lagi menjadi pemilik Kate Spade NY? Ternyata ia memiliki label fesyen baru bernama Frances Valentine, yang nantinya akan menjual lebih banyak sepatu dibandingkan tas. Sebagai bentuk dukungan terhadap brand barunya tersebut, Katherine pun memutuskan untuk berganti nama menjadi Kate Valentine. Terlebih, ternyata nama Valentine memiliki makna khusus baginya. Valentine merupakan nama ayah dari ibunya karena ia lahir saat hari Valentine. Jadi, ia sama sekali tak punya maksud negatif di balik perubahan nama tersebut. Semua dilakukan murni untuk membedakan namanya dari brand Kate Spade NY.

 

Setelah lebih dari dua puluh tahun berlalu, Kate Spade NY masih mampu berkembang sebagai brand fesyen tanpa meninggalkan ciri khas desain awal dari karakter Katherine yang kental dengan nuansa fresh dan fun

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Indonesian Independence in a Digital Economy

Dunia Investasi Startup di Tahun 2017

Kematian Desain Grafis

 

Biru Cahya Imanda

Biru Cahya Imanda bekerja sebagai Head of Surabaya di Penulis.ID, sebuah perusahaan digital content agency ternama.

Facebook Twitter