Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Motivasi

Wakaliwood: Dari Uganda Untuk Ingatkan Bahwa Kita Boleh Bermimpi


Hari ini dunia internet belajar dari Uganda, bahwa kita boleh bermimpi.

Bagi pelaku dunia startup, kita pasti sering ditanyai, apakah mimpi itu berpengaruh terhadap kesuksesan bisnis kita? Banyak yang beragumentasi bahwa pentingnya mimpi dalam bisnis itu seperti bahan bakar kita menuju kesuksesan. Tapi banyak juga yang berpendapat bahwa mimpi hanya bualan, yang penting adalah eksekusi. Kali ini kita akan membahas tentang mimpi berbisnis, penting atau tidak?

 

As an Engineer, I Don’t Dream That Much

Bagian terburuk (atau terbaik, tergantung melihat dari mana) dari menjadi seorang engineer adalah kita jadi sangat mengandalkan logika. Kita juga akan sangat percaya bahwa segala sesuatu pasti ada prosesnya, kurang percaya dengan hal-hal yang menentang science. Itulah kenapa kalau Anda mengajak teman engineer ke acara-acara motivasi, biasanya mereka akan menganggap itu sampah dan tidak berguna. Kami memang datang ke workshop dan seminar teknis, tapi acara motivasi? Tidak, kami tidak tertarik. Singkatnya, kami tidak suka bermimpi, kami suka langsung mengeksekusi ide yang ada menjadi sesuatu yang nyata. Dan karena memang Saya engineer, Saya tidak suka bermimpi, dan paling benci dengan orang yang hanya bisa menjual mimpi, tanpa bisa menunjukkan caranya. (PS: no offense ya motivator. Tenang saja, engineer itu sedikit sekali di Indonesia, pasar kalian masih luas)

Tapi, pada tanggal 11 Maret 2015, pandangan Saya terbuka…

 

Then Here We Go, Wakaliwood, The Best Action Movie Studio Ever (on Internet)!

Anda tahu Uganda? Sebuah Negara miskin dengan teknologi sangat minimalis. Jangankan untuk membuat film, untuk sekedar makan saja kebanyakan warga Uganda masih sangat kesulitan. Namun, di setiap bagian di dunia ini pasti ada orang gila. Jadi perkenalkan Nabwana IGG, seorang seniman film, pemilik Ramon Film Productions, warga dari perkampungan Wakaliga yang berada di pelosok Uganda. Sama seperti warga Wakaliga lainnya, jangankan untuk membuat film, untuk makan saja susah.

nabwahan-igg

Ini dia orang gilanya: Nabwana IGG

Dengan segala kemiskinan dan konflik yang ada, Nabwana IGG bersama Wakaliwood (anggap saja ini hollywoodnya kampung Wakaliga) berhasil menciptakan film aksi pertama di Uganda, berjudul “Who Killed Captain Alex”. Film sensasional ini berhasil viral di Youtube, ditonton oleh lebih dari 2 juta orang dari seluruh dunia.

 

People Laugh on You? It Doesn’t Matter. If You Are Strong Enough, They Will Help You Eventually

Pasti Anda akan berpikir “Who Killed Captain Alex” ini adalah film action berkualitas luar biasa dan mengalahkan film seperti Transformer atau Die Hard. Kenyataannya, kualitas teknis film Who Killed Captain Alex sangat parah, kira-kira selevel dengan film naga-naga terbang di TV lokal kita. Banyak sekali orang yang mentertawakan hasil kerja mereka. But you know what, internet loves it! Sikap Nabwana dan warga Wakaliwood yang selalu positif dan selalu berusaha mewujudkan cita-cita mereka, membuat seluruh internet mendukung mereka, mengingatkan kembali pentingnya mimpi.

Ketika Nabwana IGG dan Wakaliwood ingin membuat film berjudul “Tebaatusasula: Ebola”, mereka membutuhkan dana 160 Dollar dan memutuskan memasukkannya di KickStarter. Sampai tanggal 12 Maret 2015 jam 13.30 WIB, Wakaliwood berhasil meraih 5.748 Dollar, jauh di atas target awal mereka. Saya termasuk salah satu orang yang menjadi backer (baca: sponsor) dalam kampanye KickStarter mereka. Kalau filmnya sangat bodoh dan idiot, lalu kenapa tetap didukung? Jawaban Saya (dan banyak backer lainnya) mirip-mirip dengan komentar Calvin Motes di KickStarter:

Anybody who is willing to weld scrap metal together to make cranes for cameras, who is willing to build computers from scrap parts to edit video, and who is willing to work their asses off for the art of cinema deserves our respect and support. Good luck to you, ladies and gentlemen of Wakaliwood.

Calvin Motes – KickStarter Backer

Moral lesson: meskipun pada awalnya seseorang mentertawakan karya kita, kalau kita kerja cukup keras, apapun hasilnya, dan tidak menyerah, seseorang akan tergerak dan membantu kita. Pasti Nabwana IGG sadar banyak orang tertawa dengan karyanya, tapi dia tetap yakin bahwa suatu hari karyanya akan terus membaik dan menghibur banyak orang.

 

Dream, and Make the Sh*t Real

The worst part about motivator: mereka hobi teriak-teriak bahwa semua orang bisa sukses, bahwa kesuksesan datang selama kita bisa bermimpi, tapi tidak menceritakan seberapa keras seseorang harus bekerja untuk mewujudkan mimpinya. Berikut beberapa ulasan yang akan memberi Anda gambaran seberapa gila usaha yang dibutuhkan Wakaliwood menyentuh hati rakyat internet, dan mengingatkan mereka tentang pentingnya mimpi.

 

Membangun crane dari barang bekas

wakaliwood-crane

Ini crane mereka. Terbuat dari kumpulan besi bekas

Literally, mereka tidak punya uang untuk membeli crane yang harganya berkisar antara puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Untuk makan saja susah, bagaimana untuk beli crane? Tapi, menyadari bahwa film aksi tidak akan keren tanpa crane, Wakaliwood mengumpulkan besi-besi bekas yang sudah tidak terpakai, mengelasnya satu per satu, dan membangun crane mereka sendiri!

 

Membangun komputer sendiri, mengedit hanya ketika ada listrik

Setelah proses pengambilan film selesai, proses berikutnya adalah editing video dan memberi visual effect (meskipun agak kampungan) pada filmnya. Masalahnya, komputer mahal di Uganda. Wakaliwood mengumpulkan spare part bekas dari komputer orang kaya yang tidak terpakai, dan membangun komputer mereka sendiri. Untuk memberi Anda gambaran betapa miskinnya Wakaliwood, file asli film mereka “Who Killed Captain Alex” sudah tidak ada, dihapus untuk mendapatkan space di harddisk. Setiap ingin membuat film baru, mereka harus menghapus harddisk berisi file film lama.

wakaliwood-computer

Beda dengan komputer mewah kalian? Memang beda 🙂

Masih kurang parah? Ingat bahwa ini Uganda, bukan Pulau Jawa. Listrik tidak mengalir 24 jam di Uganda. Jadi Wakaliwood hanya bisa bekerja mengedit ketika “kebetulan” sedang ada listrik di Uganda. Dan karena ini film aksi, mereka juga belajar secara otodidak bagaimana cara membuat visual effect, meskipun hasilnya masih selevel TV lokal Indonesia.

 

Satu kampung bekerjasama menyelesaikan film ini

Bukenya-Charles

Meskipun makan saja sulit, warga kampung Wakaliga dengan tulus membantu Nabwana untuk mewujudkan Wakaliwood. Mereka rela belajar akting, dan bahkan belajar bela diri kung fu untuk sekedar bisa tampil di film-film aksi Wakaliwood. Anak-anak kecil di Wakaliga masuk ke perguruan kung fu, di bawah komando Bukenya Charles, sang “Wakaliwood Supa Sifu (Cara bacaà supa=super, sifu=guru kung fu)”. Pria dewasanya membantu berperan sebagai pemain aksi dan ibu-ibunya juga ikut. Setengah keuntungan dari penjualan film dibagi-bagi para aktor (percayalah, sulit untuk makan), setengahnya untuk mengembangkan Wakaliwood.

 

It’s in the Same Level with the Moon Project (for me)

When Kennedy said that we will put a man on the moon, it’s about the fact that he said, we don’t know how to do this yet, and we are gonna to do it anyway, and that sends chills up everybody’s spines, because if that happens, what couldn’t we do?

Astro Teller – Google X Head on Moonshot Project

Sudah lama sejak manusia pertama menginjakkan kaki di bulan. Sudah lama sejak manusia terinspirasi untuk melakukan hal-hal besar. Harapan kita semua mungkin di Elon Musk dengan SpaceX dan Tesla-nya, atau Sergey Brin dengan Google. Merekalah yang punya kemungkinan paling besar untuk menginspirasi semua umat manusia dengan project gilanya. Tapi, bayangkan kalau Wakaliwood suatu saat berhasil membuat film aksi selevel Hollywood? Ketika Wakaliwood Kids Star bisa setenar Chuck Norris atau Bruce Willis? Ketika Uganda menjadi pesaing Amerika untuk membuat film-film aksi terbaik dunia?

wakaliwood-actor

Kru dan pemain Wakaliwood berpose bersama

Melihat level mereka saat ini, mungkin hampir mustahil bagi Nabwana dan Wakaliwood untuk mendapatkan Piala Oscar. Tapi, seandainya mereka bisa memenangkan Piala Oscar suatu hari nanti, apa yang tidak mungkin bagi umat manusia untuk lakukan? Bagi Anda yang juga merasa misi Wakaliwood ini sebesar proyek bulan, ayo kita dukung KickStarternya! Terinspirasi oleh artikel ini? Bagikan untuk teman-teman Anda di social media ya! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur. [Photo Credit: Wakaliwood]


 

Rekomendasi Editor Hari Ini:

Orang Terkaya di Arab Saudi Memilih Hidup Miskin di Akhir Hayatnya

5 Cara Berpikir Negatif Untuk Terus Maju

Empat Anak Muda Surabaya Ubah Sampah Jadi Barang Mewah

Adhika Dwi Pramudita

Adhika adalah direktur utama PT Wirausaha Muda Sukses Sejahtera. Praktisi media, startup, dan periklanan.

Facebook Twitter Google+