Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Studentpreneur Indonesia

Modal Hanya 5 Juta, Pria Surabaya Ini Kini Miliki Lebih Dari 100 Kafe


Odi Anindito sedang merencanakan ekspansi besar-besaran kafe kopi lokal Coffee Toffee untuk menyaingi merk internasional.

Kita dapat mudah melihat tempat yang menyediakan minuman kopi hampir di setiap sudut tempat. Selain rasanya yang enak,, kopi sudah menjadi minuman wajib bagi banyak orang. Di tempat-tempat pinggir jalan raya banyak warung-warung yang menjual kopi. Untuk pangsa pasar yang lebih tinggi, kopi disuguhkan dengan elegan, menambah kenikmatan dari secangkir kopi.

Di pusat perbelanjaan misalnya, kita dapat menjumpai gerai-gerai kopi yang menyediakan kopi beraneka jenis. Dari yang berlevel lokal sampai internasional, gerai kopi seakan mempunyai pangsa pasar tersendiri. Dari sekian banyak kafe yang berfokus pada penjualan minuman kopi, tak banyak juga yang akhirnya bertahan. Coffee Toffee adalah salah satu contoh brand lokal yang mampu mempertahankan eksistensinya di tengah kepungan merek internasional.

 

Belajar di Australia dan hanya punya modal 5 juta rupiah

Odi Anindito, sang pemilik Coffee Toffee ini mengawali dirinya dengan berbekal pengetahuan tentang dunia kopi di Australia. Di sini, dia menjadi Barista di salah satu cafe yang menjual berbagai jenis kopi di seluruh dunia.Dia kemudian mempelajari bahwa produk kopi Indonesia sangat dinikmati dan mendapatkan respon yang luar biasa, bahkan di Australia.

Odi kemudian pulang ke kota asal dengan dibekali pengetahuan belajar dari Barista Italia yang sangat terkenal. Setelah itu dia berniat mendirikan sebuah cafe yang menyediakan kopi asal Indonesia. Lantas, Odi mendirikan Coffee Toffee yang awalnya dikembangkan di Surabaya dengan modal hanya 5 juta rupiah.

 

Sempat Gagal dan hampir bangkrut

Kafe ini didirikan oleh Odi Anindito dengan menggunakan sistem take away. Namun, ternyata sistem take away yang dia gunakan mengalami kegagalan. Sistem take away ini tidak cocok untuk kultur budaya Indonesia yang lebih sukamenikmati kopi sambil duduk santai.

Tahun 2008 merupakan tahun yang berat bagi Coffee Toffee. Pada masa ini penjualan Coffee Toffee mengalami penurunan yang cukup signifikan.Bahkan selama 3 bulan berturut-turut, Odi hampir tak sanggup menggaji pegawainya. Selain itu, cabang yang dia buka juga sepi pembeli.

 

Bangkit dan sukses

 

Odi berargumen bahwa kelemahan yang dia temukan bukan dari kopinya, tapi sistem take away-nya yang kurang cocok dengan kultur masyarakat sekitar. Perusahaan lantas membuka gerai-gerai dengan gaya coffee shop atau dine-in coffee shop. Ide ini ternyata menuai hasil yang positif.

Saat ini Coffee Toffee sudah menjadi merek kafe yang layak disejajarkan dengan kafe internasional. Odi Anindito bahkan terobsesi untuk berekspansi lebih luas. Dia membayangkan perusahaannya memiliki gerai-gerai yang bersebelahan dengan kafe asing. Bahkan, Coffee Toffee sudah mampu membuka pasar di daerah yang brand asing belum berani melakukannya. Respon yang didapat juga sangat menggembirakan.

Harga dan layanan dari Coffee Toffee adalah dua hal yang menjadi daya tarik dari kafe ini. Harga produk Coffee Toffee bahkan hanya setengah dari brand asing dengan produk dan kualitas yang hampir sama. Ini disebabkan oleh produk-produk yang digunakan merupakan produk lokal pilihan.

 

Rencana ekspansi

Saat ini outlet Coffee Toffee sudah tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi dengan total outlet 113.  Permintaan kopi tidak hanya datang dari negeri sendiri. Respon yang positif juga datang dari negeritetangga. Malaysia dan Singapura merupakan negara yang tertarik dengan Coffee Toffee untuk membuka cabang di sana. Namun untuk saat ini, manajemen masih memfokuskan gerai yang ada di dalam negeri terlebih dahulu.

coffee-toffee

Odi memastikan bahwa Coffee Toffee akan berhenti di gerai ke-250. Dia juga telah berhenti membuka gerai dengan sistem waralaba untuk mempertahankan mutu dan meningkatkan kualitas dari gerai yang sudah berdiri. Saat ini, Coffee Toffee membidik pasar di kawasan Indonesia Timur yang masih belum terjamah. Terinspirasi oleh artikel ini? Bagikan untuk teman-teman Anda di social media ya! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur.

 

Rekomendasi Editor Hari Ini:

Tips Membangun Bisnis Keluarga Ala Raja Pizza Kanada

Bermodal 10 Juta Rupiah, Pria Ini Jadi Milliarder di Tiongkok

Cara Membangun Koneksi Untuk Bisnis Anda

Agus Fariansyah

Agus Fariansyah adalah reporter Studentpreneur yang bercita-cita naik haji bersama keluarganya.

Facebook Google+