Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Tips

Cara Budidaya Belut, Mudah dan Menghasilkan Keuntungan yang Menggiurkan


Belut, hewan rawa-rawa yang sehat dan menguntungkan. Ini cara membudiyakannya!

Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengenal olahan makanan dari belut yang lezat dan juga bergizi. Meskipun memiliki wujud yang menggelikan, siapa sangka budidaya belut bisa mendatangkan hasil yang begitu menggiurkan? Hewan yang biasa hidup di rawa-rawa ini dikenal sebagai hewan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, kalsium, dan fosfor sehingga baik untuk dikonsumsi oleh siapa saja mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.

Jika kamu sedang mencari ide atau peluang untuk bisnis, kamu bisa memanfaatkan hewan sawah satu ini sebagai solusinya. Permintaan dan juga peminat terhadap belut ini pun terus bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan omzet dalam satu bulannya saja bsia mencapai RP 8 juta, lumayan, kan? Nah, apakah kamu berencana untuk menjalankan bisnis budidaya belut? Berikut cara budidaya belut yang bisa kamu lakukan agar bisnis belutmu cepat menghasilkan keuntungan Sobat Studentpreneur!

Photo credit: parkminho (pixabay.com)

Cara Budidaya Belut

Tempat Ternak Belut

Langkah pertama yang harus kamu persiapan untuk menjalankan bisnis budidaya belut adalah sarana untuk budidaya belut. Sebenarnya ada begitu banyak pilihan sarana atau tempat budidaya belut dan semuanya pun memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Tapi berikut ini sarana budidaya belut yang paling umum digunakan:

Kolam Terpal

Sarana ternak belut yang pertama adalah menggunakan kolam terpal. Ketika ingin menggunakan terpal, pastikan ukuran terpal yang akan kamu gunakan tersebut sudah disesuaikan dengan jumlah belut yang akan dibudidayakan. Ukuran idealnya adalah sekitar 50-100 ekor/meter persegi.

Media kolam terpal ini juga membutuhkan bahan organik berupa tanah dan kedebog pisang. Bahan tersebut digunakan untuk dijadikan sebagai penyangga kolam terpal yang sangat kuat agar tidak jebol. Tidak hanya itu, bahan organik itu juga akan digunakan oleh belut sebagai tempat berlindung atau membenamkan dirinya dan juga sebagai santapan tambahan si belut.

Kolam Tong/Drum

Selain menggunakan kolam terpal, kamu juga bisa menggunakan tong/drum sebagai sarana budidaya belut. Berikut cara pembuatan kolam tong untuk belut:

  • Bersihkan tong/drum hingga bersih, terutama pada bagian dalamnya
  • Buatlah lubang memanjang pada satu sisi bagian tengah atas drum.
  • Tempatkan drum/tong tersebut di bagian tanah yang datar dan jangan lupa untuk memberi pengganjal pada kanan dan kiri agar drum tersebut tidak terguling
  • Jangan sampai melewatkan untuk membuat saluran pembuangan di bagian bawah tong
  • Sebagai tambahan, kamu juga bisa membuat peneduh dari sinar matahari agar belut tidak kepanasan.

Media terbaik untuk berternak di kolam dan drum adalah lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Dalam hal meletakkannya pun harus diatur, mulai dari bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm, lalu di atas jerami disirami oleh 1 liter mikroorganisme starter. Selanjutnya, kamu harus memberikan kompos setinggi 5 cm, media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur oleh pupuk TPS sebanyak 5kg.

Karena belut tetap membutuhkan air, maka dalam budidayanya, kamu harus menambahkan air hingga ketinggian 15 cm dari media teratas tempat budidaya belut tersebut. Kamu juga bisa menanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut dengan perhitungan eceng gondok tersebut menutupi ¾ besar kolam.

Bibit Belut

Setelah mempersiapkan tempatnya, cara budidaya belut selanjutnya adalah untuk memilih benih atau bibit belutnya. Mulai dari bibit belut sawah, belut rawa, belut muara kali, dan belut super. Dari sekian jumlah bibit belut yang bisa kamu pilih, ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan, antara lain:

  • Pilih bibit belut yang bebas luka

Hal pertama yang harus kamu perhatikan dalam memilih benih belut adalah memilih bibit belut yang bebas dari luka. Baik luka akibat gesekan karena benda kasar atau penyakit. Hal ini dilakukan agar belut tersebut tidak menularkan bibit penyakit ke belut yang sehat.

  • Tidak Lemas saat Dipegang

Pastikan bibit belut yang kamu pilih untuk dibudidayakan tidak lembek, karena belut yang sehat memiliki tubuh yang keras.

  • Usahakan agar ukuran Bibit Seragam

Hal ini juga penting dilakukan, karena dengan ukuran yang sama biasanya tidak akan ada yang mendominasi ketika diberi makan. Kalau kamu menemukan ukuran belut yang besar, sebaiknya dipisahkan agar belut yang kecil tidak lambat pertumbuhannya. Ada baiknya juga kamu menyortir ukuran belut tersebut 3 minggu sekali.

Perawatan Belut

Perawatan belut yang dibudidayakan di dalam tong cenderung lebih mudah dipantau dibandingkan dengan budidaya dengan kolam. Karena ukuran atau sarana yang lebih kecil. Tetapi ada hal yang sama-sama harus diperhatikan dalam hal memberikan perawatan pada belut, seperti:

  • Pemberian Pakan

Tidak ada ketentuan pasti dalam jumlah pemberian makanan dalam budidaya belut. Tapi sebaiknya kamu memberikan pakan tersebut sekitar 5% dari jumlah bibit yang sudah ditebar. Pakan belut tersebut baiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, serta cacahan keong mas/bekicot. Pemberian pakan ini dilakukan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar di kolam. Pemberian makanan ini juga sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk menyesuaikan rutinitas belut ketika makan di alam bebas.

  • Pengaturan Air

Pengaturan air juga menjadi hal yang sangat penting dilakukan agar belut yang dibudidayakan tetap sehat dan jauh dari penyakit. Pengaturan air biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih ke dalam tong atau kolam agar sisa-sisa makanan tidak menumpuk dan menjadi bibit penyakit. Kamu bisa menggunakan paralon sebagai media alirannya. Selain dilakukan untuk membersihkan sisa makanan, pengaturan air ini juga bisa memberikan manfaat penambahan oksigen untuk belut.

Dalam pengaturan air, kamu juga harus memperhatikan dan menjaga suhu optimalnya, yakni sekitar 26-28 Celcius. Khusus untuk peternak yang tinggal di daerah panas(seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi), kamu bisa menjaga suhu air tersebut dalam angka 29-32 Celcius. Untuk wilayah tersebut, kamu juga perlu membuat hujan buatan agar bisa mendapatkan suhu air yang ideal.

Kamu juga bisa memberikan EM4 untuk membantu menetralkan sisa-sisa pakan belut dan mengurangi bau yang dihasilkan dari makanan tersebut. EM4 ini bisa diberikan 2-3 kali satu hari dengan dosis ½ sendok makan untuk 1 liter air.

Perlu diingat pula, selain pakan ternak bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa akan sering terjadi di dalam kolam. Perubahan ini biasanya akan terlihat secara fisik yakni air akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya adalah karena tingginya kadar amonia seiring dengan penumpukan sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Jika dibiarkan, maka belut-belut tersebut akan cepat mati.

  • Perawatan Sekitar Lokasi Budidaya

Perawatan di sekitar kolam juga harus diperhatikan guna melindungi kolam tersebut dari kontaminasi lingkuang luar seperti hewan pemangsa, contohnya ayam, kucing, ular, dan lumut yang bisa menghambat perkembangan belut. Jika di kolam tersebut ada tanaman air, pastikan kamu merawat kesehatan tanaman air tersebut. Tanaman air ini diperlukan untuk membantu belut untuk melindungi dirinya dari kepanasan.

Masa Panen

Photo credit: Redkite (pixabay.com)

Pemanenan belut bisa kamu lakukan ketika usia belut sudah menginjak 3-4 bulan, bergantung dengan keinginan kamu atau berdasarkan permintaan pasar terhadap belut. Biasanya belut yang sudah siap panen  memiliki ukuran rata-rata sekitar 6-11 cm sedangkan untuk belut super berukuran 15-20 cm.

Dalam memanen belut, kamu bisa melakukannya secara keseluruhan atau sebagiannya saja. Pemanenan sebagian bisa dilakukan untuk mengambil belut yang masih kecil untuk dipisahkan dan dipelihara kembali. Sedangkan untuk pemanenan total, bisa kamu lakukan untuk budidaya belut efektif yang mana pemberian pakan dan metode budidayanya dilakukan dengan sangat cermat. Sehingga belut yang dipelihara bisa tumbuh dengan ukuran yang hampir sama rata.

Nah, itulah beberapa langkah atau cara budidaya belut yang bisa dijadikan sebagai referensi. Bisnis budidaya belut ini dikatakan sebagai salah satu bisnis yang menjanjikan karena belut termasuk ke dalam jenis ikan tawar yang laku dalam pasar nasional dan internasional. Selain itu, belut juga memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi sehingga bisa diterima dengan mudah oleh pasar baik dalam bentuk masih segar ataupun bentuk olahan.

Pasar pemasaran belut di kota-kota besar di Indonesia juga sudah terlihat sangat menjanjikan, seperti di Jakarta membutuhkan 20 ton belut dalam sehari atau di Yogyakarta sekitar 30 ton per hari. Angka tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan industri pengelolaan belut skala rumah tangga, belum lagi jika dihitung untuk konsumsi masyarakat. Jika dirata-rata, paling tidak satu kota membutuhkan sekitar 5 ton setiap harinya.

Sedangkan untuk pasar internasional, belut Indonesia juga sering sekali diimpor, bahkan karena memiliki banyak peminat, negara kewalahan untuk memenuhi permintaan tersebut. Dari data yang diambil dari tahun 2008 silam saja ekspor belut yang sudah dilakukan oleh Indonesia mencapai 2.676 ton dan berarti kalau volume ekspor belut dari negara kita sendiri sudah mencapai 2x lipatnya. Sangat menggiurkan, bukan?

Belut juga memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh manusia salah satunya sebagai sumber protein dan energi. Protein pada belut juga kaya dengan asam amino setara dengan isoleusin dan leusin yang merupakan jenis asam amino esensial yang sangat dibutuhkan untuk menunjang perkembang anak-anak. Tidak hanya itu, belut juga bisa membantu menjaga keseimbangan nitrogen dan pembentukan protein pada otot bagi orang dewasa. Bagaimana apakah kamu masih ragu untuk melakukan bisnis budidaya belut Sobat Studentpreneur?

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Sillicon Valley – A Beginners Guide

Mencari Dana untuk Startup

Cara Mencari Investor untuk Startup Baru

 

Nisrina Darnila

Pernah bekerja untuk National Geographic Indonesia, kini Nisrina aktif di salah satu content agency di Jakarta

Facebook