Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Tips

Cara Budidaya Kroto untuk Pemula


Kroto bisa dijadikan panganan olahan, pakan burung kicau dan kontes, atau umpan ikar air tawar dan asin.

Kamu tahu kroto? Iya, kroto, bukan soto. Istilah kroto biasanya hanya terdengar akrab di telinga para peternak burung atau pemancing ikan air tawar dan asin saja. Padahal kalau diulik lebih lagi, budidaya kroto bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan.

Kroto adalah telur atau larva semut rangrang yang biasa dipergunakan sebagai pakan burung kicau, burung kontes, atau umpan ikan air tawar dan asin. Kroto dipercaya dapat membuat kicauan burung lebih nyaring, meningkatkan stamina burung kicau dewasa, mengatasi berbagai masalah kesehatan burung, dan membuat bulu menjadi lebih mengkilap serta tidak mudah rontok untuk burung kontes. Selain itu, pemancing sering menggunakan kroto sebagai umpan karena mempercepat penangkapan ikan.

Kroto mengandung banyak nutrisi, mineral, dan berbagai vitamin. Seratus gram kroto terdiri dari 8,2 gram protein dan 2,6 gram lemak, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan telur ayam yang mengandung 11,7 gram lemak dalam 100 gram-nya. Tidak heran jika sebagian orang juga ada yang mengonsumsi kroto sebagai penganan olahan seperti pepes, sup, botok, dan tumis. Satu hingga dua sendok rebusan kroto bahkan dipercaya dapat mengatasi penyakit sesak napas atau asma.

Untuk masalah harga, 1 kg kroto di tahun 2014 hanya sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu saja. Namun di tahun 2015, harga 1 kg kroto naik dua kali lipat menjadi Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu. Pelonjakan harga ini disebabkan oleh semakin terbatasnya persediaan kroto di pasaran. Alih fungsi lahan menjadi perumahan membuat semut rangrang penghasil kroto kehilangan tempatnya, belum lagi jarangnya orang yang melakukan budidaya kroto. Padahal, tren burung kicau terus naik setiap tahunnya. Melihat fakta dan peluang tersebut, tertarik untuk melakukan budidaya kroto Sobat Studentpreneur?

 

Seluk-beluk Semut Rangrang

Membudidayakan kroto bukanlah hal yang sulit. Namun sebelum itu, ada baiknya jika kamu mengenal lebih dulu semut yang menghasilkan telur berharga ini.

Dikutip dari InfoAgribisnis, semut rangrang adalah serangga yang hidup secara berkoloni. Setiap koloni terdiri dari empat jenis prajurit: ratu semut yang merupakan pemimpin koloni dan penghasil kroto, semut jantan yang bertugas membuahi ratu semut agar menghasilkan telur, semut pekerja (semut betina mandul) yang bertugas menjaga kroto hingga menetas, dan semut prajurit yang bertugas mencari makan bagi anggota koloninya. Kalau berbicara koloni semut rangrang, jadi ingat film Antz yang dibuat oleh DreamWorks hampir 20 tahun yang lalu ya?

Peternak kroto yang baik akan menjaga kestabilan koloni dengan tidak memanen kroto setiap waktu. Agar produktifitas ratu semut dan kualitas kroto tetap optimal, peternak kroto terkadang harus membiarkan kroto menetas dan menghasilkan koloni-koloni semut yang baru.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Budidaya Kroto

Lokasi yang tepat saat melakukan budidaya kroto adalah tempat yang sangat minim cahaya, memiliki sirkulasi udara yang baik, lembab dengan suhu ideal sekitar 26-30°C. Untuk mediumnya, gunakanlah rak-rak dengan bahan berserat dan jumlah yang sesuai dengan kuantitias bibit. Untuk menjaga semut supaya tidak berceceran di lantai, gunakanlah wadah yang berisi air atau kolam buatan.

Untuk pemberian pakan, carilah ulat hongkong, ulat pisang, belalang, atau jangkrik yang masih hidup. Jangan lupa untuk memberikan mereka campuran air gula dengan perbandingan 4:1 setiap harinya, kamu juga bisa menambahkan madu jika ada. Taruh pakan dan minuman ini di sekitar media sarang supaya mudah dijangkau oleh semut rangrang.

Jika suatu hari kamu harus pergi keluar kota dan tidak bisa memberi makan semut rangrang, kamu hanya perlu menimbun makanan tersebut. Maksudnya, jika dalam sehari semut rangrang harus makan 30 gram ulat hongkong tetapi kamu harus pergi selama tiga hari, maka kamu cukup memberikan 30 gram x 3 hari atau 90 gram ulang hongkong. Dengan begitu kamu bisa pergi selama tiga hari tanpa harus memberi semut rangrang makan. Kamu juga harus memperhatikan kebersihan wadah tempat makan semut, lakukan pencucian wadah makan setidaknya seminggu sekali.

 

Membuat Sarang Kroto

Sarang kroto bisa terbuat dari berbagai bahan, beberapa diantaranya adalah toples, besek, paralon, atau kardus. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, tetapi semuanya akan menghasilkan kroto berkualitas jika langkah-langkah yang dilakukan tepat.

 

Sarang ke-1: Toples

Jika kamu menggunakan toples sebagai media sarang kroto, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membuat sarang agar ratu semut mau bertelur disana. Caranya, lubangi bagian bawah toples sebesar 5-7 cm, kemudian tutup kembali dengan lakban. Setelah itu, cari bibit koloni semut rangrang yang beranggotakan lengkap (terdiri dari ratu semut, semut jantan, semut pekerja, dan semut prajurit) dan masukkan ke dalam toples, tutup rapat.

Selanjutnya, ambil sebuah wadah datar (nampan misalnya) dan isilah setengahnya dengan air. Taruh batu bata berpermukaan datar di tengah-tengah wadah, kemudian taruh toples berisi bibit koloni semut rangrang tadi di atasnya dengan posisi bagian yang tadi dilubangi menempel dengan batu bata. Jika sudah berdiri tegak, lepaskan lakban tadi supaya semut bisa keluar mencari makan.

Membudidayakan kroto dalam toples tergolong mudah karena media yang mudah didapat, harga media tergolong murah, proses panen mudah, dan mudah diamati karena toples cenderung transparan. Namun, ukuran toples cenderung kecil sehingga kuantitas semut tidak sebanyak media-media lainnya.

 

Sarang ke-2: Besek

Besek juga bisa kamu gunakan sebagai sarang kroto karena memiliki beberapa keunggulan. Pertama, besek terbuat dari bahan alami berupa bambu yang membuat suhu sarang menjadi stabil. Bambu dapat menyerap panas serta meredam suhu yang terlalu panas, kemampuan ini menjadikan besek memiliki kelembapan yang sempurna. Besek juga cenderung gelap dan memiliki sirkulasi udara yang baik karena memiliki lubang-lubang kecil disekitarnya. Selain itu, bahan alami besek membuat sarang terhindar dari tumbuhnya jamur dan tidak menimbulkan uap.

Melakukan budidaya kroto menggunakan besek sama seperti pada toples. Pertama-tama, kamu harus membiarkan semut rangrang beradaptasi dengan keadaan sekitar. Caranya, siapkan rak yang terdiri dari beberapa besek (jangan lupa menaruh nampan berisi air pada tiap kaki rak). Taruh bibit semut di rak bagian bawah, kemudian letakkan besek kosong di rak atasnya. Tunggu sampai beberapa waktu hingga seluruh besek terisi penuh oleh kroto.

Walaupun penggunaan besek sebagai sarang memberikan banyak keuntungan, tetapi ada beberapa hal yang menjadi kelemahan, seperti: harga besek yang cenderung lebih mahal, sulit ditemukan, dan tidak bisa mengamati perkembangan kroto secara langsung.

 

Sarang ke-3: Paralon

Selain toples dan besek, paralon juga sering digunakan sebagai sarang kroto. Paralon dianggap sebagai media sarang yang baik karena kedap cahaya meskipun terbuka pada kedua sisinya. Selain itu, pipa paralon lebih mudah dibersihkan (jika dibandingkan kayu dan bambu), tahan terhadap perubahan cuaca, dan bisa bertahan selama 10 tahun. Penggunaan paralon juga meminimalisir angka kematian semut rangrang saat kroto sedang dipanen.

Ukuran paralon yang biasanya digunakan berdiameter 12 cm, panjang paralon disesuaikan dengan ukuran rak (yang sudah ditaruh wadah berisi air pada tiap kakinya) dan ruangan. Taruh paralon di rak-rak tersebut, tetapi pastikan tidak menempel tembok supaya semut tidak kabur. Pilihlah ruangan yang sepi dan tertutup supaya ratu semut mendapatkan ketenangan saat bertelur. Setelah semua hal teknis siap, masukan bibit semut ke dalam paralon. Sediakan beberapa daun-daunan kering di dalam paralon tersebut untuk merangsang semut membuat kandang sendiri dari dedaunan tersebut. Cara ini efektif dalam mempercepat produksi kroto.

 

Sarang ke-4: Kardus

Menggunakan kardus sebagai sarang kroto memang tidak sepopuler toples, besek, atau paralon, tetapi tetap saja ada orang yang menggunakan media ini. Penggunaan kardus sebagai sarang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah harga yang murah, mudah ditemukan dimanapun, dan ukuran yang bervariasi. Namun jika tidak menemukan kardus yang tepat, kroto malah tidak mau bersarang sehingga proses pemanenan menjadi sangat sulit. Selain itu, perkembangan kroto juga sulit dipantau karena tidak transparan.

 

Berkaitan dengan bibit kroto, para pemula biasanya membeli bibit kroto dari pembudidaya kroto lain dibanding mencarinya di alam bebas demi alasan kepraktisan. Namun, harga bibit kroto tanpa ratu semut dengan bibit kroto dengan ratu semut akan jauh berbeda. Lalu, apakah baik-baik saja jika kamu hanya bisa membeli bibit kroto tanpa ratu semut karena modal yang terbatas?

Tentu saja! Asal mula munculnya ratu semut juga berasal dari bibit kroto biasa. Seiring berjalannya waktu, bibit kroto akan menghasilkan ratu semut dengan sendirinya.

 

Memanen Kroto

Panen kroto sudah bisa dilakukan setelah 4-6 bulan setelah pertama kali kamu membuat sarang kroto. Jika pada awal-awal media sarang sudah berisi telur-telur yang bewarna putih terang, sebaiknya jangan langsung kamu ambil namun biarkan mereka berkembang biak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan populasi dan menghemat biaya pembelian bibit koloni baru. Setelah 6 bulan, kroto bisa diambil dua kali tiap bulan (jadwal terserah kamu, namun tetap perhatikan siklus hidup koloni semut rangrang tersebut).

Usahakan juga untuk memberi pakan dan minum yang tepat, dan tidak membiarkan semut berjalan-jalan terlalu jauh untuk hasil maksimal.

Saat ingin mengambil kroto dari sarang semut, siapkan wadah cekung (bisa berupa ember atau baskom), saringan dari ram kawat, dan sarung tangan. Caranya siapkan wadah cekung untuk menyimpang kroto, setelah itu letakan saringan di atas wadah cekung tersebut. Lindungi tangan dengan sarung tangan (supaya terhindar dari gigitan), lalu ambil sarang semut dan tumpahkan pada saringan. Dengan sendirinya kroto akan jatuh ke wadah tersebut dan semut tetap tertinggal di sarang.

Habitat asli semut rangrang adalah Afrika dan Asia yang rata-rata bersuhu 26-34°C. Oleh sebab itu, tidak akan sulit membudidayakan kroto di Indonesia. Jika sudah dianugrahi seperti ini, lalu tunggu apalagi Sobat Studentpreneur?

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Peluang Big Data di Masa Depan

Dunia Investasi Startup di Tahun 2017

Cara Mencari Investor untuk Startup Baru

 

Yovita Omega

Pernah berkarya di Pikiran Rakyat, kini Yovita aktif di digital agency di Jakarta.

Facebook