Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People

Ingin Punya Karyawan


Ingin punya karyawan. Untuk sebagian orang, mungkin ini adalah cita-cita yang sederhana. Tapi sungguh rumit buat saya. Pengalaman bekerja bertahun-tahun sebagai penyiar radio, Master of Ceremony, reporter, pembaca berita, dan produser TV – disingkat, KARYAWAN – membentuk mental saya sebagai orang yang bekerja dengan rasa tenang. Tenang? Ya…tenang karena apapun yang terjadi, setiap tanggal 25 saya selalu menerima sejumlah uang di rekening. Saya mulai bekerja sejak duduk di bangku kuliah, mencoba peruntungan sebagai penyiar radio di Bandung. Pekerjaan yang seru dan sangat saya nikmati. Perjalanan karir berikutnya pun sesuai dengan tujuan hidup saya (saat itu). Hidup dari bidang media. Reporter di CosmoGirl Indonesia, reporter di GlobalTV, lalu meningkat menjadi produser, dan berpindah jadi produser di KompasTV. Bisa ketemu dengan berbagai orang, bisa membuat program TV yang ditayangkan secara nasional, buat saya pribadi merupakan hasil yang cukup membanggakan. Bisa mengorganisir tim yang jumlahnya bisa puluhan personil, bukan hal yang gampang. Apalagi tim saya mayoritas personilnya lelaki.

astrid enricka

Namun pada suatu titik, saya merasa perlu mengejar hal yang lain. Ingin memiliki bisnis sendiri. Ingin punya karyawan. Ingin punya produk yang “Acil banget”. Ingin melahirkan sesuatu from scratch. Sesuatu yang saya lahirkan dengan cinta dan hasrat. Segala aspeknya. Hence the question, mengapa pilih bisnis kuliner? Sederhana pula jawabnya. Saya suka masak. Namun lalu ada pertanyaan lanjutan. Mengapa masakan Aceh dan mengapa Ayam Tangkap? Sederhana pula. Saya lahir dan dibesarkan di sebuah kota kecil di Riau, bernama Dumai. Sejak sangat kecil, saya “dijejali” ibu dengan masakan Melayu. Hingga sampai sekarang, makanan favorit saya, ya masakan Melayu. Nah, maka buat saya masuk akal jika bisnis kuliner perdana saya mengedepankan tema Melayu. Lebih spesifik lagi, Aceh. Beda tipis deh dengan Melayu. Sayapun lalu terbang ke Banda Aceh untuk belajar khusus pada sang ahli, seorang veteran di bisnis katering masakan Aceh, beliau dikenal dengan nama Tante Pin. Pada beliau, saya borongan belajar cara masak,variasi bumbu Aceh yang aneh-aneh,sampai belajar “nawar” harga di pasar tradisional Banda Aceh. Dan yang tak kalah penting, belajar budayanya. Karena kuliner, menurut saya, adalah produk budaya yang paling asyik diulik.

IMG_2991-small

 

Seru? Ya! Harus banyak belajar? Ya! Itu pula sebabnya saya getol belajar sama beberapa orang yang punya pengalaman mumpuni di bisnis kuliner di Jakarta, yakni Lucy Wiryono yang sukses dengan Steak Holycow by Chef Afit dan Loobie Lobster-nya. Banyak tanya, banyak puyeng. Karena ternyata begitu kompleks aspek dari bisnis kuliner ini. Tapi somehow itu semua menjadi proses yang teramat menyenangkan. Karena hasrat saya ada di sini. Takutkah saya tidak menerima uang di tiap tanggal 25? Ya, tentu saja saya takut. Tapi hey..ketakutan itu harus dihadapi toh, bukan dihindari? Terlebih, siapa yang tidak ingin punya mental baja, berani untung, dan juga berani rugi? Yang lebih penting lagi, berani nggak punya “target” membayar biaya operasional bisnis tiap bulan? Di mana ada orang yang menggantungkan hidupnya di bisnis ini? Dengan lantang saya menjawab, berani! Sayapun memiliki 2 orang rekan yang jago di bidang manajemen dan marketing. So, have fun, be fearless, be an entrepreneur!

 

foto-lokasi-1024x764

Suasana Atjeh Rayeuk Milik Astrid Enricka

Astrid Enricka

Astrid Enricka adalah mantan produser KompasTV. Saat ini beliau sedang mengembangkan usaha restoran masakan Atjeh Rayeuk di Jakarta. Follow @AyamTangkapAR di Twitter untuk berkomunikasi.

Twitter