Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Berita Bisnis

Merek Ini Mengkampanyekan Sadar Fashion Bagi Para Pekerja Startup


Banana Republic Ingin Pekerja Startup Jadi Sedikit Peduli Tentang Fashion

Jika Anda diminta menggambarkan para pekerja startup, aplagi di bidang teknologi, maka ada beberapa gambaran yang dapat dengan mudah Anda berikan, misalnya inovatif, rebel, brilian. Tetapi modis atau fashionable? Mungkin bukanlah kata yang  akan banyak Anda gunakan. Salahkan pada superstar mereka seperti Mark Zuckerberg yang bersedia menukar apapun yang tampak trendi dengan hoodies, kaos dan celana jeans. Maka seringkali Anda mungkin melihat mereka dengan baju kebesaran yang tidak keren. Itulah pernyataan Banana Republic.

Mulai bulan depan, retailer ini akan meluncurkan sebuah butik online. Bukan sekedar butik online, melainkan sebagai tempat dimana “stylist kami bisa memilihkan pakaian dari ujung kepala ke ujung kaki yang cocok bagi setiap profesi yang berbeda-beda”, kata Liz Nunan, juru bicara Banana Republic. Profesi ini akan meliputi kategori-kategori seperti “The Corporate Guy”, “The Creative Guy”, dan tentu saja, “The Startup Guy”.

fashion-untuk-startup

“Kami ingin para pembelanja laki-laki kami melihat kami sebagai acuan untuk styling dengan mudah sehingga mereka bisa kembali untuk bekerja (sambil tampak hebat)”, katanya.

Mari kita mengulas sejumlah poin penting dari strategi Banana Guide ini, terutama plus minusnya ketika diterapkan di bisnis Anda.

 

Timing

Kampanye seperti ini bukanlah hal yang baru. Akan tetapi timing-nya sangat tepat, yakni di tahap awal pembukaan sebuah butik online. Kenapa pas? Karena demografi mereka-mereka yang terlibat dari kampanye ini adalah mereka-mereka yang benar-benar berada di internet, yakni pria – pria pekerja startup yang tidak bisa hidup tanpa internet, dan seringkali online 24×7. Dengan demikian, selain menyasar langsung ke target market, mereka dengan mudah untuk menciptakan antisipasi, bahkan jauh hari sebelum butik benar-benar dibuka.

 

Demografi market

Masalahnya adalah target dari kampanye ini, yakni pasar yang belum siap. Ketika mereka (pria – pria pekerja startup ini) tidak suka bergaya, kenapa mereka harus belanja? Lagipula, Banana Republic sama sekali tidak menyebut apakah pekerja startup yang dimaksud juga termasuk “The Startup Girl”, karena jika pekerja teknologi Silicon Valley benar-benar merupakan demografis dari sasaran Banana Republic, mungkin tidak akan ada cukup pembeli untuk membuat peluncuran kampanye ini jadi masuk akal.

 

Jadi?

Kampanye ini mungkin akan lebih baik jika hanya menjadi sebuah kampanye seasonal. Artinya menerapkan gol-gol yang tidak muluk-muluk dalam rentang periode yang cepat. Kemudian berhenti ketika target sudah tidak dapat dicapai. Karena akuilah, mengubah pola pikir pasar sama seperti mengubah arah ombak, tidak gampang. Lebih mudah ketika Anda berselancar mengendarai ombak yang sudah ada. Bagaimana menurut Anda? Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur. [Photo Credit: Yasser]

 

Artikel Bisnis Terpopuler Hari Ini:

Orang Bugis Tersukses di Indonesia

Dari Pengusaha Furnitur Menjadi Orang Nomor 1 Indonesia

Ini Cara Dapatkan Modal Usaha Dari Bank Mandiri

Taufik Aditama

Wartawan senior Studentpreneur yang ingin berkeliling dunia dan membuat Indonesia lebih baik

Facebook Twitter Google+