Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Berita Bisnis

Rumah Sakit di Tiongkok Menguji WeChat Untuk Memperbaiki Layanan Kesehatan Mereka


Sistem rumah sakit di Republik Rakyat Tiongkok butuh perbaikan parah. Frustrasi terpendam pasien bahkan telah mengakibatkan serangan kekerasan terhadap pekerja medis. Oktober lalu, seorang pria di provinsi Zhejiang bahkan menikam seorang dokter sampai mati. Diyakini bahwa ledakan emosi ekstrim tersebut diakibatkan oleh sistem perawatan kesehatan masyarakat yang tidak adil, kurangnya saluran yang efektif bagi pasien untuk mengeluh, dokter menawarkan resep obat untuk membuat lebih banyak uang, dan mengharapkan suap sebelum memberikan pengobatan yang tepat dan mengurangi waktu tunggu pasien. Perilaku praktisi kesehatan inipun bukan tanpa alasan. Datangnya akibat rasa frustrasi mereka terhadap gaji yang sangat rendah, jam panjang yang melelahkan, dan kerja dengan tingkat stres yang tinggi. Mereka hanya menerima sekitar $ 500 – $ 1.500 per bulan, sebanding dengan sopir taksi.

Beberapa rumah sakit seperti Beijing Friendship kini bereksperimen untuk mereformasi keadaan ini. Mereka merasa penting untuk meningkatkan efisiensi dalam sistem rumah sakit Tiongkok, terutama ketika rumah sakit atas harus berurusan dengan sekitar 10.000 pasien setiap hari. Setiap menit bermakna. Maka, saat ini WeChat saat ini sedang diujicobakan di beberapa rumah sakit di Tiongkok untuk mengatasi masalah ini. Sebagai aplikasi mobile messaging paling populer di Tiongkok, WeChat dianggap sangat efisien sebagai media informasi di rumah sakit.

Chinese-Panda

Sejauh ini, memang sistem rumah sakit di Tiongkok dianggap tidak efisien, demikian laporan seorang reporter Forbes. Ketika berobat di rumah sakit lokal, sejak tiba, Anda harus berbaris untuk membeli buku kertas biru seharga 50 sen yang akan digunakan oleh dokter untuk menulis catatan. Anda kemudian harus bergabung dengan baris lain untuk membayar sekitar 2 dolar dan mengambil nomor antrian, sekaligus menunggu lama untuk berkonsultasi selama 2 menit dengan dokter Anda. Untuk mengumpulkan obat yang diresepkan, Anda harus antri lagi, dan untuk membayar obat, Anda harus berbaris lagi.

Rumah Sakit Yuebei di provinsi selatan Guangdong adalah rumah sakit pertama yang memungkinkan pasien untuk membayar biaya registrasi dan obat-obatan melalui WeChat. Dalam percobaan ini, rumah sakit memposting sejumlah QR code WeChat di sekitar rumah sakit bagi pasien untuk terhubung dengan akun publik – mirip dengan microblogging. Setelah terhubung, pasien dapat melihat informasi tentang dokter spesialis, membuat janji dan bahkan memantau nomor antrian mereka. Jika telah menghubungkan kartu bank mereka untuk WeChat, pasien juga bisa membayar biaya pendaftaran dan obat-obatan melalui app khusus. Setelah melakukan pembayaran melalui app, mereka akan diminta untuk melengkapi survei umpan balik kepuasan.

Untuk mendidik pasien tentang manfaat menggunakan WeChat, rumah sakit telah mendirikan sebuah layanan khusus untuk berkonsultasi dengan pasien.

WeChat yang terintegrasi dengan layanan offline memang sebelumnya sudah dianggap sukses memecahkan sejumlah masalah sosial di negari tirai bambu. Contohnya memesan taksi. Fitur integrasi ini berhasil menghemat waktu menunggu taksi. Fleksibilitas WeChat dianggap jauh melebihi aplikasi pesaing seperti Whatsapp yang murni fokus pada fungsi komunikasi. Mungkin, kelak WeChat bisa jadi bukti bahwa Tiongkok dapat menjadi pemimpin inovasi.

Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur. [Photo Credit: Momo]

 

Artikel Bisnis Terpopuler Hari Ini:

Tips Untuk Menjadi Jutawan di Usia 30-an

Ini Orang di Balik Kesuksesan PicMix, Aplikasi Foto Terpopuler di Indonesia

Nasehat Hidup dan Kesuksesan dari Orang Terkaya di Dunia Abad 19

Taufik Aditama

Wartawan senior Studentpreneur yang ingin berkeliling dunia dan membuat Indonesia lebih baik

Facebook Twitter Google+