Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Tips

Teman Ingin Menjadi Partner Kerja?


Beberapa hari lalu, saya mendengar pembicaraan singkat dari salah satu teman saya yang sudah memiliki bisnis sendiri (sebut saja A) dengan salah satu teman saya lainnya (sebut saja B). Singkat cerita si B berkata seperti ini, “Wow, saya ingin sukses seperti kamu juga dalam bisnis. Apakah kamu sedang membutuhkan partner tambahan dalam bisnismu?”

Sontak akan mudah untuk menanggapinya dengan pernyataan seperti ini, “Sepertinya perusahaan saya sedang belum membutuhkan tenaga tambahan. Tapi apabila kamu serius, coba deh kirimin cv atau resume pribadi dan kita lihat apakah kita masih membutuhkan tenaga ahli di dalam bidangmu”.

Akan sulit untuk menciptakan percakapan diatas apabila teman anda berharap untuk dapat bergabung di dalam bisnis, apalagi bila dia adalah orang yang ada disamping anda saat menemukan ide bisnis tersebut, menemani anda saat membuat business plan, dan menghibur anda ketika lelah bahkan memberikan ide menarik untuk penamaan perusahaan. Sampai saat ini, anda melihat teman tersebut sebagai penolong dan sebagai seseorang yang mau menyemangati anda, tetapi teman anda melihat sebagai suatu yang berbeda yaitu sebagai rekan dalam bisnis anda. Kasus kesalahpahaman sederhana seperti ini juga terjadi di facebook. Mark Zuckerberg harus membayar uang yang besar pada sahabatnya, Eduardo Saverin (foto), serta harus mengakhiri persahabatannya dengan Eduardo.

gty_Eduardo_Saverin_nt_120511_wblog

Sayangnya saat anda menyadari situasi ini teman anda telah menyiapkan diri sebagai partner bisnis dan telah memberitahukan kepada orang banyak tentang bisnis hebat yang akan dia lakukan bersama dengan sahabatnya. Sebenarnya tidak ada cara yang menyenangkan untuk menghadapi situasi seperti diatas, namun berikut beberapa hal yang dapat anda gunakan sebagai bahan pertimbangan.

 

  • Cobalah mempertimbangkan hal tersebut

Cobalah bertanya pada diri anda sendiri: Apakah perspektif anda mempengaruhi penilaian terhadap teman anda? Mampukah Anda menghabiskan banyak waktu bersama teman Anda itu tanpa merasa bosan atau terganggu? Dapatkah teman Anda memenuhi banyak peran dan aturan? Apakah teman Anda memiliki sikap seorang entrepreneur, yaitu bertanggung jawab, dapat diandalkan, pekerja keras, dan ramah dengan orang lain?

  • Bersikaplah adil

Apakah ide bisnis tersebut merupakan ide yang datang dari anda berdua? Cobalah untuk mempertimbangkan lagi apakah anda banyak terbantu oleh teman anda. Jika anda sudah bersikap lebih seperti seorang partner kerja pada awalnya, maka bersikaplah professional dengan teman anda.

  • Cek bahasa yang anda gunakan

Apakah selama membahas tentang ide kerja, anda menggunakan kata “saya” atau “kita”? Perhatikan juga apakah saat berbicara, teman anda menggunakan kata “kita” atau “kamu”? Pemilihan kata-kata ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan kesan dan ekspektasi dari kedua belah pihak. Jika anda memang tidak ingin menjadikan teman anda sebagai partner kerja, mulailah memakai kata “saya” atau “milikku” agar teman anda bisa mengerti sehingga tidak perlu menghadapi masalah yang rumit nantinya.

  • Diskusi

Diskusi adalah pilihan yang paling sulit. Anda dapat melukai perasaan orang lain, dan beresiko kehilangan seorang teman yang baik. Tapi kejujuran merupakan hal yang terbaik. Diskusikanlah dengan matang apa yang akan terjadi jika kalian memiliki bisnis berdua, dan bagaimana prosesnya.

 

Ada teori menarik dari salah seorang professor manajemen terkenal dari Amerika. Ternyata, membangun usaha atas dasar persahabatan biasanya justru lebih besar kemungkinannya untuk gagal. Mau tau kenapa? Coba langsung saja tonton videonya disini:

 

Nah bagaimana Sobat Studentpreneur? Mari berdiskusi mengenai hal ini!

Zakarias Danujatmiko

Zakarias Danujatmiko adalah General Manager Studentpreneur. Dia sangat berminat terhadap entrepreneurship dan merupakan pengusaha cokelat bubuk.

Facebook Twitter