Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Berita Bisnis Best People Motivasi Seri Orang Terkaya Dunia

Amancio Ortega: Anak Buruh Kereta Api yang Jadi Orang Terkaya Ketiga di Dunia


Setelah Bill Gates dan Carlos Slim Helu, ada nama seorang Amancio Ortega Gaona sebagai orang terkaya di dunia. Hanya sedikit yang pernah mendengar namanya. Memang, profilnya sangat rahasia. Dia menghindari tampil di muka umum, dan menolak semua permintaan wawancara. Sampai tahun 1999, tidak ada foto Ortega yang pernah diterbitkan di manapun.

Namun, jauh di belahan bumi lainnya, di Paris, Milan, New York, bahkan Indonesia, Ortega berhasil membangun kerajaan fashion yang menjangkau lebih dari 80 negara. Anda pasti mengenal Zara. Ya, Ortega adalah pendiri Zara. Dan net worth Ortega diperkirakan mencapai $ 56 miliar.

Akan tetapi, siapa sangka bahwa orang terkaya ketiga di dunia ini berasal dari keluarga pelosok yang miskin? Ortega adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ia lahir di Busdongo de Arbas, sebuah dusun berpopulasi 60 orang di Spanyol, pada tahun 1936, ketika Perang Saudara meletus di Spanyol. Ayahnya bekerja sebagai pekerja kereta api, sementara ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Ketika Amancio masih kecil, keluarganya pindah ke La Coruña. Di sana, rumahnya tidak lain adalah sebuah rumah petak yang berbatasan dengan rel kereta api yang  sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat tinggal para pekerja rel kereta api.

Amancio mungkin akan bergabung ke dalam industri kereta api juga, jika tidak mengalami satu malam yang mengubah hidupnya, ketika dia berusia 13 tahun. Berjalan pulang dari sekolah, ia dan ibunya berhenti di sebuah toko lokal, di mana sang ibu memohon agar boleh berhutang.

“Dia mendengar seseorang berkata, ‘Señora, saya tidak bisa memberikan ini kepada Anda. Anda harus membayarnya,” kata Covadonga O’Shea, seorang teman lama Ortega yang menjalankan sebuah sekolah fashion di Universitas Navarra di Madrid dan menulis biografi resmi tunggal dari Ortega, The Man From Zara. “Dia merasa begitu terhina, sehingga ia memutuskan ia tidak akan pernah kembali ke sekolah.”

Nyaris remaja, Ortega menemukan pekerjaan sebagai pelayan toko untuk pembuat baju lokal bernama Gala. Pada 16, Ortega menyimpulkan bahwa uang bisa didapatkan dengan cepat ketika dia bisa memberikan pelanggan apa yang mereka inginkan, daripada membeli stok dengan harapan akan menjualnya habis. Maka, dia harus mencari tahu apa yang benar-benar diinginkan orang lain, kemudian membuatnya. Ortega kemudian menemukan lingkungan yang ideal: Galicia. Dengan sedikit kesempatan kerja, ribuan orang melaut. Mereka meninggalkan istri mereka berjuang sendirian di rumah.

“Para wanita akan melakukan apa saja untuk sedikit uang, dan mereka benar-benar pandai menjahit,” kata Blanco, yang ikut menulis sebuah buku biografi tidak resmi berjudul Amancio Ortega: From Zero to Zara.

Pendiri-Zara

Ortega mulai mengorganisir ribuan perempuan membentuk korporasi menjahit. Memiliki uang tunai yang cukup, Ortega membuka toko pertamanya di tahun 1975, dua blok dari tempat kerjanya di masa remaja, Gala. Dia menamakannya Zara.

Butuh waktu 10 tahun bagi Ortega untuk mendirikan perusahaan induk, Inditex, dan membuka gerai internasional pertamanya di Portugal, yang mana sumber daya manusianya lebih murah daripada Spanyol.

Kini gerai baru Zara akan terbuka setiap harinya. Toko ke 6.000 Inditex baru saja diluncurkan di London Oxford Street. Sekarang, ada 46 toko Zara di Amerika Serikat, 347 di Cina, dan 1.938 di Spanyol.

Ortega membangun kerajaannya pada dua aturan dasar: Berikan pelanggan apa yang mereka inginkan, dan berikan lebih cepat daripada orang lain. Kedua prinsip yang dipelajarinya dari Gala inilah yang jadi rahasia sukses menakjubkan Inditex.

Di dalam pabrik Inditex tampak seperti dunia sci-fi bercampur dengan bagian ritel kuno. Operasi mereka didasarkan pada dua aturan dasar Ortega. Hal ini membuat mereka mampu terus restocking dengan kecepatan tinggi. Karyawan Inditex bekerja cepat dan efisien: Desainer menciptakan sekitar tiga item sehari, dan pembuat pola memotong satu sampel dari masing-masing. Dan di samping mereka, duduk seorang spesialis komersial penjualan, masing-masing dengan keahlian regional, yang membedah selera dan kebiasaan pelanggan menggunakan laporan penjualan dari manajer toko Zara untuk melihat apa yang memiliki daya jual tinggi dan apa yang pelanggan cari.

Yang mengherankan, Ortega tidak pernah memiliki kantor. Bahkan sekarang, orang ketiga terkaya di dunia itu duduk di meja di ujung ruang kerja terbuka di bagian pakaian wanita. Ortega lebih memilih kain untuk disentuh daripada memo untuk dibaca.

Gaya kerja Ortega dan kemampuannya untuk terhubung dengan setiap karyawan, bahkan karyawan tingkat rendah menaikkan pertanyaan yang menarik: Apakah gaya eksekutifnya akan lebih hirarkis dan konvensional jika ia berasal dari sebuah keluarga istimewa dan dengan gelar MBA , bukan dari kemiskinan dan sedikit pendidikan? “Kemiskinan jelas membentuk siapa dia,” kata Blanco, penulis biografi tidak resmi itu. “Ada rasa lapar akan kesuksesan di sana. Tunjukkan setiap petinju hebat yang tidak berasal dari latar belakang semacam ini. ”

Semi pensiun, Ortega kini tinggal rumah lima lantai menghadap di laut di daerah La Coruña, di jalanan kota yang sibuk, dengan keamanan yang jelas sedikit. Dia makan sarapan setiap pagi (telur dan kentang goreng) dengan kenalannya di klub pengusaha La Coruña, dan beristirahat di akhir pekan ke rumah keluarga besarnya, di mana dia mengguling kambing dan ayam bakar dan mengumpulkan anak-anaknya yang sudah dewasa. Seperti sebuah kebiasaan, Ortega akan mencurahkan waktu seminggu dalam setahun untuk mendaki rute ke Galicia.

Zara bisa saja berubah. Akan tetapi orang yang membangun raksasa ritel itu akan selalu jadi pahlawan bagi yang berasal dari sebuah pedusunan. Pernah, ketika bepergian ke pembukaan gerai Zara di Manhattan, Ortega menyaksikan pembeli tumpah-tumpah di luaran gerai. Dia begitu terharu sampai harus mengurung diri di kamar mandi dan menangis. “Tidak ada yang boleh melihat air mata mengalir di wajah saya,” katanya kepada O’Shea. “Dapatkah kamu membayangkan bagaimana jika orang tua saya melihatnya? Betapa bangganya mereka karena putra mereka telah menguasai Amerika, mulai dari kota kecil yang hilang di penghujung utara Spanyol!”

Nah Sobat Studentpreneur, jadi, apalagi alasan yang menghalangi Anda untuk berjuang meraih kesuksesan? Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau mengikuti kelas-kelas online gratis di Studentpreneur. [Photo Credit: Daniel]

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Cara Mencari Investor Untuk Startup Baru

How to Sell Anything in 3 Simple Steps

Membangun Bisnis yang Bisa Berjalan Sendiri

Taufik Aditama

Wartawan senior Studentpreneur yang ingin berkeliling dunia dan membuat Indonesia lebih baik

Facebook Twitter Google+