Best People
Twitter IPO Saga 6 – Biz Stone
“Hal terbesar yang Saya pelajari dari Odeo adalah Anda harus terlibat secara emosional dalam pekerjaan Anda atau bersiaplah menghadapi kegagalan”
Biz Stone – Pendiri Twitter saat gagal dengan Odeo
Twitter kini telah digunakan oleh ratusan juta orang dari seluruh dunia, mengirimkan milliaran tweet tiap bulannya. Namun tahukah Anda sebenarnya Twitter diciptakan hanya sebagai proyek sampingan sebuah perusahaan bernama Obvious karena kebencian anak muda bernama Biz Stone terhadap e-mail? Biz Stone merasa dia hanya ingin mengirimkan dan berbagi pesan pendek, 140 karakter, dan terlalu malas untuk membuka e-mail. Ini adalah cerita inspiratif dari Biz Stone, desainer jenius Google dan Obvious, pencipta Twitter, dan anak muda pecinta kesederhanaan yang absolut.
Apa Posisi Biz Stone Di Twitter?
Biz Stone adalah salah satu pendiri Twitter bersama dengan Evan Williams dan Jack Dorsey. Ide pembuatan Twitter sendiri berasal dari Biz yang sangat membenci e-mail dan blog ketika dia hanya ingin membagikan sesuatu yang singkat. Akhirnya dia menciptakan Twitter, awalnya hanya solusi bagi internal perusahaan Obvious. Versi Twitter sangat sederhana, Anda hanya bisa mengirimkan 140 karakter. Sampai suatu hari, Biz Stone mengungkapkan pendapatnya pada Evan Williams bahwa dia sangat mencintai Twitter dan percaya bahwa Twitter adalah “the next big thing”. Evan percaya dengan intuisi dari Biz Stone dan mengajak Jack Dorsey untuk bersama-sama mendirikan Twitter.
Berapa Uang yang Didapatkan Dari Twitter?
Tidak ada rekaman resmi jumlah saham Biz Stone di Twitter karena dia meninggalkan perusahaan pada tahun 2011. Namun, diperkirakan dia mempunyai minimal 5% saham Twitter, senilai 1,1 Milliar Dollar atau 11 Trilliun Rupiah.
Cerita Singkat Tentang Biz Stone
Biz Stone terkenal sebagai desainer berbakat sejak kuliah. Dia diajak beberapa temannya untuk mendirikan perusahaan web bernama Xanga yang populer sebagai platform web bagi anak muda di jamannya. Xanga yang tumbuh terlalu cepat membuat hubungan antara co-foundernya tidak berjalan baik. Biz ingin Xanga tumbuh di lingkungan universitas, penuh ide dan inovasi, dan hidup sangat hemat. Namun, teman-temannya ingin Xanga pindah di perkantoran mewah New York, dekat dengan uang dan gaya hidup mewah. Biz Stone merasa Xanga tidak lagi inovatif, dan tidak betah bekerja di sana. Biz memutuskan untuk keluar dan menjadi pengangguran di basement rumah orang tuanya. “Saya belajar bahwa budaya perusahaan di awal sangat penting. Anda harus bergantung padanya, seperti Anda bergantung pada produk Anda,” ucap Biz Stone ketika meninggalkan Xanga.
Tidak lama di basement ibunya, Biz Stone mendapatkan telepon dari Evan Williams untuk bekerja di Google. Saat itu, platform blogging ciptaan Evan Williams, Blogger, baru saja dibeli oleh Google. Prinsip Google yang mengutamakan teknologi daripada manusia membuat Biz merasa kurang nyaman. Biz merasa harusnya kita mengutamakan manusia baru teknologi. Sampai suatu hari, ketika perjalanan pulang ke rumah bersama Evan Williams, Biz merasa bahwa keluarnya iPod di pasaran membuka peluang produk inovatif baru bernama Podcast. Biz dan Evan keluar dari Google dan membuat perusahaan bernama Odeo. Keputusan Biz meninggalkan Google membuatnya tidak jadi menerima 2 juta dollar dari Google (fakta lucu: Biz membuat istrinya sangat marah gara-gara hal ini).
Odeo menjadi perusahaan penyedia Podcast terbesar di dunia, menghasilkan uang yang sangat besar. Namun, Biz dan Evan tidak bahagia karena mereka bahkan tidak pernah memakai Podcast. Mereka terlalu malu untuk berbicara di depan mic. Saat itu juga, meskipun sangat besar, Biz dan Evan sadar bahwa mereka tidak ingin masa depan mereka bergantung pada Podcast yang tidak mereka sukai. “Anda tidak bisa bekerja untuk sesuatu karena Anda berpikir orang lain akan menyukainya. Itu adalah kesalahan yang besar. “Hal terbesar yang Saya pelajari dari Odeo adalah Anda harus terlibat secara emosional dalam pekerjaan Anda atau bersiaplah menghadapi kegagalan,” ucap Biz stone.
Biz dan Evan memutuskan untuk mendirikan perusahaan baru bernama Obvious dan membeli Odeo. Saat itu, Biz bekerja untuk menciptakan alat komunikasi internal perusahaan untuk komunikasi secara cepat. Mendadak, Biz berkata pada Evan bahwa dia sangat suka alat komunikasi baru mereka yang hanya bisa mengeluarkan 140 karakter. Ketika pertama kali melihat “Twitter”, Evan tertawa lepas karena merasa aplikasi tersebut sangat lucu dan menarik. Akhirnya Twitter yang awalnya hanya untuk keperluan internal, malah diluncurkan ke publik. Keputusan Evan Williams saat itu tidak salah, Twitter berkembang menjadi platform micro-blogging terbesar di dunia dengan ratusan juta pengguna dan milliaran tweet.
Uang Dari Twitter Digunakan Untuk…
Biz Stone kini sedang fokus mengembangkan startup barunya bernama Jelly HQ. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh Jelly. Seperti biasa, Biz Stone ingin perusahaannya berkembang secara perlahan, bukan instan. Biz Stone juga sangat aktif dalam kegiatan sosial seperti DonorsChoose.org jadi jangan terkejut kalau uang besar dari Twitter akan dia gunakan untuk amal.
[Photo Credit: @biz]