Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Inovator Studentpreneur Indonesia

Bincang Startup: Inspirasi Tomy Dapatkan Ribuan User Untuk Squline


Terinspirasi “nasib” nya sendiri, Tomy Yunus mendirikan Squline dan sukses mengajarkan bahasa asing pada ribuan pengguna. 

Kemampuan bahasa asing kini masih saja sering diremehkan oleh sebagian besar orang. Padahal, di dalam dunia modern, bahasa asing merupakan salah satu hal yang penting dalam urusan berkomunikasi. Selain menjadi sarana komunikasi, bahasa asing juga memiliki manfaat lain yang perlu kamu tahu, salah satunya membuat otak kamu lebih cerdas, membuka pandangan kamu terhadap dunia luar, dan masih banyak lagi hal positif yang bisa kamu ambil dari hanya mempelajari bahasa asing.

Selain belum banyaknya kesadaran seseorang terhadap pentingnya bahasa asing, metode dalam pembelajaran bahasa asing itu sendiri pun terasa kurang efektif.  Biaya untuk mempelajari bahasa asing itu sendiri pun sangatlah mahal. Namun, kini pembelajaran bahasa asing terasa menjadi lebih menyenangkan dan juga praktis. Tomy Yunus, adalah salah satu sosok inspiratif di balik metode pembelajaran bahasa asing kekinian bersama Squline.com. Lalu bagaimana kisah inspiratifnya? Berikut perbincangan kami bersama Tomy Yunus, CEO Squline.com.

 

Apa sih Squline.com itu?

Squline merupakan platform pembelajaran bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Mandarin, dan Bahasa Jepang yang menggunakan metode online. Di dalam Squline para murid akan mempelajari bahasa asing dengan metode online seperti video call dan text conversation sama seperti chatting. Tidak hanya online, komunikasi yang ada di dalam squline pun interaktif dan juga dua arah antara real teacher dan juga murid tersebut.

Jadi yang paling membedakan squline dengan mobile apps atau software belajar bahasa asing pada umumnya adalah dengan adanya real teacher atau native speakers.  Dari namanya saja, kita menciptakan Squline dari kata School online atau sekolah online yang menawarkan pengalaman belajar sama persis dengan kamu datang ke sekolah. Di dalam sistem, kami memiliki banyak hal yang sama dengan sekolah pada umumnya, seperti penjadwalan, guru, pembayaran, tata usaha, bahkan bimbingan konseling (BP) jika mengalami permasalahan.

 

tampilan-squline

Tampilan Squline

Bisa diceritakan bagaimana Tomy mendapatkan ide untuk mendirikan Squline ini?

Sebenarnya sih lebih ke nasib ya, soalnya kalau melihat dari background, saya bukan seseorang yang berasal dari bidang pendidikan. Jadi startup ini dibangun berasal dari nasib saya yang sebenarnya cukup beruntung bisa bersekolah di luar negeri, Beijing lebih tepatnya pada tahun 2009. Saat itu saya sama sekali tidak bisa menggunakan Bahasa Mandarin, jadi mau tidak mau saya harus belajar bahasa tersebut selama satu tahun terlebih dahulu sebelum bisa bersekolah.

Ketika mempelajari bahasa Mandarin, saya merasa begitu sangat asing dan malas. Apalagi anak muda biasanya juga lebih suka mempelajari hal-hal yang berbau western. Pada saat itu saya sama sekali tidak bisa dan terpaksa karena dicemplungin langsung ke Beijing untuk mempelajari bahasa tersebut. Tapi tidak terasa ternyata setelah belajar langsung bersama native, baru satu bulan saja saya sudah mengerti apa yang dimaksud oleh guru tersebut. Setelah satu bulan berjalan lancar, bulan selanjutnya saya sudah bisa berbelanja, tawar menawar, marah-marah, dan bahkan sudah bisa berteman dengan orang lokal di sana.

Dari itulah, saya melihat ternyata enak juga kalau belajar bahasa asing dengan native aslinya. Karena jika dilihat, teman-teman saya ada yang sudah belajar bertahun-tahun, tetapi ketika dihadapkan langsung dengan orang aslinya, justru gelagapan ketika mengobrol. Oleh karena itu, saya merasa perlu diciptakannya environment yang bisa membuat seseorang percaya diri agar bisa berbahasa asing.

Selain itu, setelah bersekolah akhirnya saya sempat bekerja di Beijing dengan klien yang berasal dari luar negeri seperti UK dan juga USA. Setiap hari kami berkomunikasi melalui video call, bahkan untuk membicarakan hal-hal yang rumit sekalipun kami bisa tuntaskan hanya melalui video call, e-mail, dan hal-hal lain. Itulah dua hal yang menjadi alasan mengapa Squline hadir.

 

Berdiri sejak tahun 2013, hingga saat ini berapa banyak yang sudah menggunakan Squline?

Kalau untuk user, kami sudah memiliki ribuan pengguna yang sudah menggunakan Squline.

 

Memiliki ribuan pengguna, bagaimana strategi marketing yang Squline lakukan untuk mencapai angka-angka tersebut?

Karena kami bergerak di dunia digital, tentunya strategi marketing yang digunakan adalah digital marketing seperti google ads, pakai artikel, press release, dan sebagai lainnya. Selain digital, kami juga melakukan beberapa exhibition setiap bulan minimal satu kali. Tapi kalau berbicara fokus, kami fokus di online marketing.

 

Siapa saja target marketing dari Squline?

Paling banyak itu usia 20-30 tahun dari kalangan professional, seperti entrepreneurs, business man, dan lainnya. Tapi belakangan ini kami juga mengalami peningkatan 50% pengguna pada usia di bawah 20 tahun atau usia-usia sekolah.

 

Sebagai CEO, ketika awal berjuang mendirikan Squline tentu pernah mengalami kegagalan atau kerugian. Lalu bagaimana cara mengatasi atau menghadapi permasalahan tersebut hingga Squline bisa bertahan sampai sekarang?

Kegagalan tentu ada. Pada 2 tahun awal berdiri, kami begitu idealis dan tidak mau membuka kelas lain selain bahasa Mandarin karena ingin tetap fokus pada satu bidang terlebih dahulu. Apalagi demand-nya tidak begitu banyak, kami juga pernah mengalami kehabisan uang, tapi satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan tetap percaya. Karena produk tersebut kami yang buat, jadi kita harus tetap percaya dengan produk tersebut. Segala kegagalan-kegagalan yang terjadi, anggap saja sebagai proses untuk meraih kesuksesan.

Selama masih ada orang yang menggunakan produk kami meskipun tidak banyak berarti masih ada harapan yang bisa menyelamatkan perusahaan. Meskipun gagal dan mengalami kesulitan, keberadaan beberapa orang yang menggunakan produk kami tersebut justru yang membuat kami terus semangat untuk mengembangkan perusahaan ini. Intinya keep going dan yakin dengan produk tersebut.

tomy-yunus

Tomy sedang mengisi acara startup

Ada tips untuk bisa membangun dan menciptakan tim yang solid dan kompak?

Untuk memimpin saya akui, saya tidak sempurna, tapi ada dua hal yang menurut saya perlu diperhatikan, yaitu SOP dan KPI. Sebuah perusahaan harus menciptakan sebuah SOP secara tertulis dan juga bisa diubah secara berkala. Tanpa SOP, setiap kegiatan yang sudah dilakukan atau arahan yang sudah diberikan ke tim akan sia-sia jika hanya disampaikan melalui mulut dan tidak tertulis. Jadi selama sekitar satu tahun, setiap arahan yang diberikan dikumpulkan dan dijadikan sebagai guidelines untuk anggota tim yang baru.

Banyak perusahaan yang mengejar cepat dan mengabaikan pentingnya SOP. Padahal SOP adalah sebuah fondasi bagi perusahaan untuk menciptakan budaya dalam perusahaan itu sendiri. Lalu yang kedua adalah KPI, sebagai pemimpin mungkin sebaiknya tidak perlu mencampuri terlalu banyak dalam apa yang dikerjakan oleh tim. Percayakan saja pada mereka, dan tentunya dukung mereka terus. Apalagi pada saat menerima mereka, tentu perusahaan sudah mengetahui kalau mereka memang mampu dan bisa dalam bidangnya mereka.

Meskipun membiarkan anggota tim berkreasi, jangan lupa untuk melihat perkembangan mereka dalam bidangnya. Pada akhir tugas, kita bisa melihat atau me-review hasil kerja mereka. Jadi menurut saya, intinya yang penting dalam perusahaan saya adalah SOP dan juga KPI-nya.

 

Untuk Sobat Studentpreneur yang ingin mendirikan startup, apa tips yang menurut Tomy sangat penting?

Khusus untuk teman-teman yang baru mau mulai mendirikan startup, hal yang utama adalah harus fokus, lalu siap berkomitmen. Khusus untuk teman-teman yang masih berkuliah, sebaiknya fokus terlebih dahulu pada kuliahnya, memang ada beberapa CEO dunia yang merelakan pendidikannya untuk mendirikan suatu perusahaan. Tapi hal tersebut hanya sekitar 0,001%-nya saja yang sukses. Oleh karena itulah sebaiknya kalian fokus dulu pada kuliah karena pendidikan itu penting.

Kalau untuk kalian yang sudah bekerja, dalam tahap produksi mungkin kalian masih bisa melakukannya secara sambilan, tetapi ketika perusahaan tersebut sudah berdiri dan berjalan, melakukan secara sambilan itu tidak akan bisa dilakukan. Karena jika tetap dipaksakan, kalian justru tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal pada pekerjaan dan juga perusahaan kalian tersebut. Jadi, harus memilih salah satunya dan dengan fokus saja sebenarnya sudah menjadi kunci kesuksesan. Intinya jangan melakukan dua hal besar sekaligus.

 

Terakhir, kira-kira apa sih harapan dan juga rencana Squline untuk ke depannya?

Yang pastinya bisa memberikan impact untuk orang Indonesia, jadi tidak hanya untuk kalangan menengah ke atas, tetapi untuk semua orang Indonesia. Dan hal ini juga akan sangat bergantung pada internet connection di Indonesia sendiri, mengingat metode kami yang sangat bergantung pada kecepatan koneksi Internet di Indonesia.

Jadi, kami sangat berharap dari pemerintah agar mempercepat pembangunan koneksi Internet di Indonesia, kalau ada internet dan juga murah tentu akan sangat membantu perkembangan perusahaan ini. Kami berharap agar koneksi tersebut bisa tersebar ke seluruh pelosok Indonesia, jadi Squline bisa mendapatkan user dari luar Pulau Jawa saja.

pendiri-squline

Tomy beserta co-foundernya, Yohan

Nah, itulah perbincangan eksklusif dengan Tomy, CEO dari Squline.com yang merupakan sebuah platform pembelajaran bahasa asing secara online di Indonesia. Tidak hanya menyediakan native sebagai guru, native tersebut memang berasal dari guru asing professional yang sudah ahli di bidang bahasa. Semoga perbincangan tim Studentpreneur dengan Tomy bisa menginspirasi Sobat Studentpreneur yang ingin mendirikan startup!

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Dasar-Dasar Marketing dari Tung Desem Waringin

Cara Mencari Investor Untuk Startup Baru

Menjalankan Startup dengan Metode Lean Startup

 

Nisrina Darnila

Pernah bekerja untuk National Geographic Indonesia, kini Nisrina aktif di salah satu content agency di Jakarta

Facebook