Best People
BUAT ENTREPRENEUR SEJATI, NASIONALISME ITU BUKAN BULLS***T
Capai dan hancur-hancuran rasanya badan ini, ketika beberapakali dipercaya meng-akomodasi perjalanan rombongan Pejabat Indonesia, yang dipimpin oleh Dahlan Iskan. Bangun harus pagi sekali dan baru bisa istirahat ketika semua tamu sudah masuk ke kamarnya. Itupun beberapakali masih kalah pagi dengan Dahlan Iskan. Dia selalu lebih pagi sampai di restaurant untuk mengajak tamu-tamunya makan pagi. Beberapakali saya lihat Dahlan baru masuk kamar larut malam.
Tentu terkagum-kagum melihat Tembok besar Tiongkok itu, lapangan Tian An Men. Spektakulernya Forbidden City dan banyak obyek bersejarah lainnya. Surprise mengamati kota-kota yang baru tumbuh, bahkan saat itu belum ada di Peta. Kota-kota yang baru lahir karena dibangunnya Dam raksasa yang menelan beberapa desa kecil sekitarnya. Saya juga seperti kambing congek melihat Beijing yang cantik, mengagumi Shanghai kuno dan sekaligus ultra modern, ChengDu dan beberapakota besar lainnya. Klimaks dari kekaguman itu adalah pidato penutup perjalanan oleh Dahlan Iskan. Di setiap akhir sebuah tour panjang di RRC ini, Dahlan menyelipkan pesan-pesan yang menurut saya luarbiasa. Ternyata konsep perjalanan itu punya hidden-message. Pelajaran “Pembangunan Karakter Kebangsaan” yang disampaikan secara kreatif. Dahlan bilang bahwa perjalanan yang dipimpinnya selalu diawali dengan pesan untuk belajar dan menghargai sejarah (kunjungan ke GreatWall dan lain-lain). artinya sebagai pejabat Indonesia, pahami dan cintai sejarah Indonesia.
Setelah itu Dahlan mengajak para pejabat ini belajar cara-cara mengelola pembangunan sebuah kota. Yang sebagian besar skalanya seperti kota-kota yang dipimpin beberapa Walikota, Bupati dan beberapa pejabat tinggi ini. Tidak cukup itu saja, mengunjungi kota-kota besar (Beijing, Shanghai, HongKong , dll) di akhir perjalanan tidak sekedar hura-hura, shopping dll. Dahlan Iskan mengajak para Gubernur, beberapa penasehat dan pejabat-pejabat ini bermimpi untuk membawa kotanya agar nantinya bisa seperti itu. Oooooh my God, asyik benar cara Dahlan ini mengajarkan nasionalisme itu.
Dahlan membuktikan dirinya memang entrepreneur sejati. Lebih dari sepuluh tahun lalu, berkunjung ke Tiongkok masih jarang bahkan hampir tidak pernah dilakukan oleh Pejabat-pejabat Indonesia. Saat itu juga, Indonesia masih baru membuka diri. Kembali menerima kebudayaan China secara terbuka di pangkuan Ibu Pertiwi. Sebuah keputusan Gus Dur yang dramatis, paska tumbangnya Orde Baru yang anti China. Dahlan mengambil resiko tinggi untuk ditolak idenya oleh pejabat-pejabat itu. Padahal saat itu Dahlan hanya seorang Pemimpin Jawa Pos Group, belum menjadi penjabat yang punya power sekuat seorang Menteri BUMN sekarang. Ketika di Beijing, saya usulkan untuk sholat magrib di Masjid Niu Jie. Dahlan langsung menyetujui. Meskipun acara itu tidak masuk agenda perjalanan. Masjid ini menarik buat saya, karena bentuk arsitekturnya dipakai menjadi bentuk Utama Masjid Cheng Hoo di Surabaya. Kebahagiaan buat saya, karena saat itu saya baru saja menyelesaikan tulisan di sebuah jurnal ilmiah tentang arsitektur Masjid Cheng Hoo .
Beberapakali diajak mengakomodasi perjalanan ke RRT itu, membuka mata hati saya. Bahwa Dahlan juga sosok yang bukan hanya punya nasionalisme tinggi. Tetapi sekaligus sosok yang relijius. Keyakinannya untuk selalu berkiblat ke China, karena Dahlan secara konsisten mengamini nasehat junjungannya, Nabi Muhammad SAW: “Belajarlah sampai ke negeri China”.