Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Best People Inovator Studentpreneur Indonesia

Calvin Kizana, Orang Dibalik Suksesnya Picmix, Aplikasi Foto Terpopuler Indonesia – Bagian 1


Siapa sangka orang Indonesia bisa membuat aplikasi foto yang digunakan oleh puluhan juta orang di seluruh dunia. Bahkan, di pasar tertentu, Picmix, mampu mengalahkan aplikasi foto terpopuler dunia, Instagram. Picmix, meskipun sering dikira aplikasi dari luar negeri, sebenarnya adalah 100% buatan anak Indonesia. Studentpreneur berhasil mendapatkan waktu Calvin Kizana, salah satu pendiri Picmix, untuk menceritakan proses kesuksesannya dari awal. Dalam wawancara yang berlangsung 90 menit ini, Calvin Kizana bercerita panjang lebar dari alasannya meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan hingga Picmix akhirnya digunakan oleh puluhan juta orang. Agar lebih mudah dikonsumsi dan dipelajari, seri ini akan kami potong menjadi 3 bagian. Bagian pertama ini akan membahas dari awal ide Picmix sampai akhirnya Calvin Kizana mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya yang sudah mapan demi membangun startup dari awal.

picmix1

Calvin, Anda sudah mempunyai bisnis yang sangat mapan sebelum akhirnya meninggalkannya untuk Picmix. Bagaimana ceritanya?

Sebelum punya PicMix saya punya perusahaan jasa pembuatan website, mobile apps, games, e-commerce, dan berbagai aplikasi lain yang sudah berusia 12 tahun. Klien kami tidak hanya dari Indonesia, tapi juga banyak klien luar negeri. Saking seringnya membuat produk untuk orang lain, kadang-kadang kita kepikiran, apalagi kalau produk yang kita buatkan untuk orang lain itu sukses besar. Kita sering berpikir kapan ya kita punya produk sendiri.

Akhirnya kita mulai belajar. Awalnya kita sempat buat sebuah aplikasi pencari makanan namanya menu, sampai menang di lomba asia pacific. Waktu itu aplikasinya canggih sekali, kami memasukkan hampir semua teknologi canggih yang ada. Mulai dari location-based search, GPS, augmented reality, NFC, unsur social media, dan booking restoran online. Tapi saking canggihnya ketika kami launching di Indonesia, aplikasi kami gagal total. Kalau dipikir-pikir, ketika itu market belum siap, infrastruktur juga belum siap.

Justru karena terlalu banyak fitur, pengguna aplikasi tersebut sampai bingung. User tidak butuh kecanggihan yang kita tawarkan.  Dari situ kita belajar, membuat aplikasi lebih baik sederhana tapi pesan yang ingin kami sampaikan bisa mudah diterima user. Mulai dari sederhana, baru Kita harus bangun fitur yang benar-benar disukai dan dibutuhkan oleh user. Jangan bangun sesuatu sesuai knowledge kita sebagai developer. Jujur saja, sebagai developer, kita sering ada kecenderungan untuk “pamer” kemampuan. Kalau buat produk, kita harus mendengarkan user tentang apa yang mereka mau.

Meskipun gagal awalnya, kita sudah sedikit percaya diri dan belajar dari aplikasi sebelumnya. Sampai tahap ini, Saya sebenarnya belum meninggalkan perusahaan. Semua project aplikasi bahkan sampai tahap awal Picmix, statusnya masih proyek sabtu-minggu. Tidak ada kepikiran untuk membuat startup sama sekali.

 

Lalu bagaimana akhirnya Picmix lahir?

Pixmic lahir karena hobi. Saya terinspirasi Instagram. Saya sering sekali menggunakan Instagram. Tapi menurut Saya, instagram itu banyak kelemahannya. Salah satu kelemahan yang paling membuat Saya sebal adalah mereka tidak menyediakan kolase foto. Mereka kan hanya 1 frame. Jadi kalau mau kita beri frame yang lucu-lucu, kita harus edit lagi di aplikasi lain. Di Instagram juga tidak ada fasilitas memberikan teks. Lagi-lagi harus edit lagi di aplikasi lain. Demi menciptakan foto berframe dan kreatif, kita butuh beberapa aplikasi. Kami berpikir, kenapa tidak ada satu aplikasi yang bisa menyediakan itu semua. Dari situlah PicMix lahir.

Akhirnya Saya menghubungi beberapa co-founder Saya di perusahaan lama. Kami akhirnya sepakat untuk menjadikan ide ini project weekend. Tidak ada niatan membangun startup baru sama sekali, benar-benar Cuma iseng. Kita develop aplikasinya 3 bulan.

 

Anda memulai dengan BlackBerry. Padahal banyak developer yang seakan menghindari platform tersebut. Kenapa?

Waktu pertama, kita sepakat bahwa akan menarget pasar pengguna BlackBerry. Saat itu banyak teman yang menentang, kenapa BlackBerry, mereka kan mau mati? Memang benar saat itu orang sudah mulai pindah ke Android dan iPhone, namun, kalau kami langsung masuk Android atau iPhone, kami harus bersaing langsung dengan Instagram. Pilihan user sangat banyak disana. Lalu kami lihat di BlackBerry, tidak ada pesaing besar sama sekali. Lebih baik kita menjadi raja kecil di kolam kecil, yang penting jadi raja, daripada launching di platform besar tapi tidak dilirik orang sama sekali.

Kita percaya 1 konsep, kalau kita membuat aplikasi yang ada social media-nya, ketika user sudah suka, mereka akan setia meskipun pindah platform apapun. Contohnya saat ini Anda sudah menggunakan Facebook dan Twitter, lalu besok Anda ganti hp dari BlackBerry menjadi Android, apakah Anda akan menginstall Facebook dan Twitter di Android Anda? Pasti kan? Ketika kita sudah punya komunitasnya, ikatannya, in the end of the day, platform itu tidak jadi masalah. Kami teringat teori perang Sun Tzu. Jangan serang ke gerbang utama langsung, tapi kepung dulu bentengnya. Kami mengepung platform lain menggunakan pengguna BlackBerry. Akhirnya dua bulan pertama kami digunakan oleh 1 juta user, sampai server Indonesia kami tidak kuat.

 

Wow, berapa dana marketing yang Anda keluarkan untuk mendapatkan 1 juta user pertama?

Kami memulai marketing dengan sangat sederhana. Saya ingat 2012 waktu itu lagi imlek. Kekuatan kita kan frame, jadi kita membuat frame-frame bertemakan imlek. Saat itu kita membuat 50an pilihan frame dan kolase-kolase yang lucu-lucu untuk user. Lalu kita kirim message singkat melalui broadcast BBM dengan foto dan kata-kata seperti “warnai imlekmu dengan foto-foto dan frame keren dari PicMix. Download disini.” Saya sebar ke semua kontak Saya, sekitar 300an kontak. Teman-teman Saya yang lain juga membantu menyebarkannya. Itu saja, tanpa biaya marketing sama sekali. Waktu itu Surabaya ramai duluan. Menyebar dari sana orang-orang Surabaya menggunakan profil picture dengan watermark PicMix. Sampai akhirnya kita mencapai 1 juta user dalam 2 bulan. Sejak itu kita mulai serius dan menarget platform lainnya, Android, iPhone, Nokia, dan BlackBerry 10.

Selfie itu dilakukan oleh semua orang dari berbagai level ekonomi. Instagram, hanya menarget kalangan atas. PicMix menarget pasar-pasar bawah yang tidak dilirik oleh Instagram. Sampai sekarang, lebih dari 50% dari user baru kita dari BlackBerry.

 

Sampai titik mana akhirnya Anda memutuskan, “That’s it, I have to build my startup”?

Berdasarkan progress yang luar biasa, kami akhirnya komitmen untuk membangun startup. Saya tidak percaya dengan parallel entrepreneurship. Seorang pebisnis tidak bisa memecah fokusnya untuk mengurus berbagai bisnis sekaligus. Serial entrepreneurship is okay, setelah selesai satu hal lalu bangun hal lain. Tapi parallel entrepreneurship is a big no. Saya tidak bisa menjalankan dua bisnis sekaligus.

Jujur waktu itu istri sempat protes. Saya dibilang gila karena meninggalkan pekerjaan yang sudah sangat mapan. But you know, it’s worth the risk!

Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur.

 

Artikel Bisnis Terpopuler Hari Ini:

Ini Alasan Kenapa Oprah Winfrey Bisa Sangat Sukses Dalam Bisnis

Mereka Tidak Beruntung, Namun Jauh Lebih Sukses Dari Anda

5 Pengusaha Sukses yang Merintis Bisnis Sejak Masih Sekolah

Adhika Dwi Pramudita

Adhika adalah direktur utama PT Wirausaha Muda Sukses Sejahtera. Praktisi media, startup, dan periklanan.

Facebook Twitter Google+