May 2013 Edition Tips
Hidup dari Hobby dan Minat, Kenapa Tidak?
Everyday is Sunday. Ini adalah motto hidup saya. Sebagai seorang seniman, saya tidak perlu masuk kantor atau bangun pagi. Pekerjaan, yang merupakan hobby pula, bisa dikerjakan kapanpun. Tidak perlu menunggu weekend untuk berpergian ke tempat wisata (nonton, mall, etc) dan yang pasti penuh dengan rakyat jelata. Hahaha….
Banyak orang mengatakan gelar – entah S1, S2, S3, atau Es lilin – itu penting. Tapi sejarah telah membuktikan bahwa tidak sedikit pula entrepreneur yang sukses tanpa gelar. Terlepas dari perdebatan penting atau tidak penting punya gelar, saya tetap pada pendirian untuk hidup dari hobby dan minat. Banyak jalan menuju Roma, banyak pula jalan menuju kesuksesan.
Ketika saya memutuskan untuk berhenti kuliah pada saat sedang mengerjakan skripsi, teman, saudara, keluarga, dan banyak orang – orang (yang bagi saya sebetulnya tidak penting) mengatakan saya bodoh atau melakukan kesalahan besar. Mereka bilang, “Lho Ned, khan tinggal selangkah lagi. Eman laah…”. Saya tidak merasa eman tuh.. Justru saya akan merasa lebih eman jika saya menghabiskan waktu saya untuk mengerjakan skripsi yang belum tentu menghasilkan uang dan tentunya tidak sesuai passion saya. Toh, banyak teman – teman seangkatan yang lulus ternyata habis itu menganggur dan tidak ada penghasilan. Lha terus belajar apa mereka itu selama kuliah?
Saya tidak merasa telah membuang 5 tahun kuliah saya (4 tahun kuliah + 1 tahun cuti). Selama kuliah saya sudah dapat banyak pengalaman dan mendapatkan networking yang luas. Itu sudah cukup. Bahkan sebelum kuliah selesai pun, saya ditawari pekerjaan di perusahaan ekspor impor hasil laut dengan gaji 5 juta + kunjungan ke luar negeri setiap 3 bulan. Tawaran itu saya tolak. Jadi, dengan atau tanpa gelar, saya ini tetap saja pintar dan diakui. Kalau ada yang bertanya apakah kuliah itu penting? Jawabnya: penting! Tapi apakah penting punya gelar? Belum tentu. Saya pernah bertemu langsung Pak Ciputra, dia sendiri yang bilang kalau saya keluar aja dari kuliah. Lha… masternya aja udah bilang seperti itu, masa saya gak mau nurut?
Saya fokuskan diri saya ke passion saya, yaitu seni murni (melukis). Dalam kurun waktu satu tahun penuh keringat, air mata, dan doa, saya berhasil mengadakan empat pameran seni visual skala nasional di Indonesia, 3 kali di Jakarta dan 1 di Bandung. Tiga dari pameran itu dibuka oleh menteri. Lho.. hebat khan?
Siapa yang bilang bahwa kita tidak bisa hidup dari hobby dan minat? BISA! Kuncinya adalah kemampuan dan networking. Bila kita punya kemampuan tanpa networking, kita akan menjadi tukang. Tukang gambar, tukang bangunan, tukang desain, tukang masak, dll. Bila kita punya networking tanpa kemampuan, maka kita akan menggantungkan hidup pada orang lain terus – terusan. Jadi, kemampuan dan networking itu wajib dimiliki. Untuk mengembangkan kemampuan dan networking, bergaullah dengan orang – orang yang lebih dulu pintar dan lebih kaya dari kita. Sedikit banyak kita akan belajar dengan mereka. Bergabunglah dengan komunitas yang memiliki hobby dan minat yang sama. Dengan bergaul bersama orang – orang kaya atau pintar, kita jadi bisa “ketularan”. Entah bagaimana caranya, tapi pasti jadi. Kalau kita dekat – dekat dengan penjual ikan, lama – lama kita juga jadi amis baunya. Kalau kita dekat – dekat dengan penjual parfum, lama – lama kita jadi wangi juga khan?
Penulis adalah seniman pemenang 1st Runner Up Most Favorite Artwork on ROCO 6×6 2011 Exhibition in Rochester, New York dan sedang mengejar passionnya, yaitu hidup dari berkesenian.
www.jonedartspace.com