Berita Bisnis
Kenapa Anda Harus Berhenti Meremehkan Sektor Teknologi di Indonesia
“Internet Cepat Buat Apa?” Janganlah Minder Dengan Ucapan Bodoh Itu, Indonesia Punya Potensi Sektor Teknologi yang Sangat Besar.
Rendah hati dan lebih tenang daripada bintang-bintang ekonomi bercahaya seperti China dan India, Indonesia menawarkan peluang yang sangat besar bagi entrepreneur lokal, maupun investor di bidang teknologi yang ingin bergabung pada kekuatan perekonomian yang diprediksi akan melebihi Jerman dan Inggris dalam dua dekade mendatang.
Indonesia, saat ini adalah salah satu dari lima pasar top dunia untuk perangkat ponsel, pengguna Facebook, pengguna Twitter dan iklan mobile. Dengan perkembangan kelas menengah yang stabil, plus demografi yang terdiri dari usia rata-rata produktif (28 tahun), maka potensi jangka panjang dari sektor teknologi di Indonesia sangatlah cerah.
Angka-angka yang menjanjikan.
Semua angka yang berkaitan dengan teknologi di Indonesia sangatlah menjanjikan: basis 55 juta pengguna internet saat ini (lebih besar dari Korea) akan tumbuh pesat hingga 125 juta pengguna pada tahun 2015 mendatang (lebih dari Jepang). Paralel dengan pertumbuhan ini, mulai dari e-commerce, media online, hingga aplikasi B2B juga akan tumbuh pesat.
Pertumbuhan ini didorong oleh berkembangnya Indonesia sebagai pasar seluler paling dinamis di dunia: basis pengguna ponsel 278 juta pelanggan, 15% di antaranya adalah pengguna smartphone, dan iklan mobile mencapai sekitar 200 miliar tayangan tahun lalu, kedua terbanyak setelah Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia berada di daftar lima negara teratas untuk Facebook dan Twitter. Jakarta, baru-baru ini mendapat predikat sebagai kota Twitter paling aktif di dunia.
Basis konsumen besar yang berpotensi mengalami ledakan pertumbuhan.
Kelas menengah di Indonesia sudah besar, dan diprediksi akan booming menjadi dua kali lipat dalam tujuh tahun ke depan menjadi 85 juta orang. Pada tahun 2030, akan ada 135 juta lebih konsumen kelas menengah. Pada saat itu, ekonomi Indonesia akan menjadi yang terbesar ke-7 di dunia, melebihi Jerman dan Inggris.
Namun ekspansi kelas menengah hanya setengahnya, setengah lainnya datang dari antusiasme mereka terhadap teknologi. Demografi yang terdiri dari usia rata-rata produktif (28 tahun), berarti Indonesia adalah bangsa muda yang tech-savvy, penuh dengan orang-orang yang sangat antusias untuk memiliki dan menggunakan gadget terbaru dan teknologi. Hambatan utama soal kepemilikan bukanlah minat atau keinginan, melainkan harga.
Jadi, pada saat yang sama ketika daya beli konsumen meningkat dan teknologi menjadi lebih murah, maka rata-rata affordability Indonesia akan berubah sangat tiba-tiba. Tidak seperti negara maju, di mana pertumbuhan mereka didorong oleh laju adopsi massal pasar.
Faktanya, langganan internet di Indonesia meroket sejak operator seluler memulai perang harga layanan 3G pada tahun 2009, dimana biaya bulanan koneksi internet turun dari US$50 ke US$15. Belum lagi pertumbuhan mendadak dalam pembelian smartphone ketika harga turun dari US$400 menjadi di bawah US$200 pada tahun 2010 (Beberapa tempat di Mangga Dua Mall, Jakarta Utara, bahkan sudah menjual smartphone Android dengan harga mulai US$50).
Apa yang menarik dari karakteristik ini adalah, Indonesia tidak seperti negara-negara manufaktur Asia lainnya. 60% perekonomian Indonesia berasal dari konsumsi domestik. Indonesia, bisa dibilang, membentuk corak perekonomian mereka sendiri.
Sektor teknologi yang unik di Asia.
Indonesia adalah sebuah negara muda (dengan usia rata-rata 28) dan negara dengan demografis yang sangat menjanjikan (ukuran penduduk produktif yang proporsional dan terus berkembang). Tidak seperti Tiongkok, yang di masa mendatang akan menghadapi tantangan populasi yang menua, dan India yang harus mengelola pertumbuhan penduduk yang besar, Indonesia memiliki keuntungan ganda dari tingkat pertumbuhan populasi yang sehat dan tenaga kerja terus berkembang.
Kemudaan Indonesia juga mengarah ke sektor teknologi yang sangat aktif. Ratusan startup terbentuk selama beberapa tahun terakhir, dengan laju pembentukan bisnis mengalami akselerasi dari 2010 dan setelahnya.
Selain itu, media online memiliki kesempatan yang benar-benar terbuka. Berbeda dengan Tiongkok, pemerintah Indonesia telah menolak membentengi diri dengan regulasi yang kuat dari sektor internet. Sebagai hasilnya, Facebook, Twitter, Google dan Yahoo! saat ini merupakan situs yang paling sering dikunjungi di Indonesia.
Indonesia juga terbuka pada investasi asing. Para operator seluler sebagian besar sahamnya dipegang oleh asing. Rakuten (perusahaan e-commerce terbesar ketiga di dunia setelah Amazon dan Taobao) dan Rocket Internet dari Jerman telah berinvestasi besar-besaran dalam membangun situs e-commerce di Indonesia. Indonesia adalah pilihan strategis bagi investor, baik mereka yang mendirikan bisnis sendiri di Indonesia, membentuk joint venture dengan perusahaan lokal Indonesia, hingga situs berbasis luar negeri yang menargetkan pasar Indonesia.
Kompetisi masih sunyi.
Sebagian besar fokus dari startups dalam 4-5 tahun terakhir seringkali masih berkutat pada membawa konsep online dari luar negeri ke Indonesia: mobile messaging, daily deals, jaringan sosial, pembayaran online, e-commerce, dan sebagainya.
Padahal, potensi sebenarnya dari sektor teknologi di Indonesia adalah menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan spesifik dari kelas konsumen Indonesia yang terus berkembang. Misalnya: memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka, menyediakan cara sederhana untuk membayar tagihan, memberikan pilihan yang lebih baik untuk kesehatan, memberikan pengalaman belanja online yang sesuai dengan sifat lokal Indonesia, memudahkan mereka untuk melakukan perjalanan secara lokal, dan membantu mereka memuaskan keinginan mereka untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur. [Photo Credit: Joi Ito]
Artikel Bisnis Terpopuler Hari Ini:
Ini Dia Orang Dibalik Kekayaan Prabowo Subianto
Cerita Inspiratif: Orang-Orang Gagal yang Berhasil Mengubah Hidupnya Menjadi Tersukses di Dunia
Salad Kentang Anak Muda Ini Berharga 500 Juta Rupiah