Tips
Mendirikan Usaha Bersama Teman – Keuntungan dan Resikonya (Bagian 1)
Halo Sobat Studentpreneur. Hari ini, di forum konsultasi bisnis gratis milik Majalah Studentpreneur, ada yang bertanya sebuah pertanyaan yang sangat menarik. Dia bertanya, apa keuntungan dan resiko yang ada apabila kita mendirikan usaha bersama teman? Well, it brings back my memory. Dulu PMC dan Majalah Studentpreneur juga didirikan awalnya bersama teman sendiri. Dari awalnya cuma ngobrol-ngobrol waktu makan siang bareng di kantin, sampai akhirnya tercetus berbagai ide gila yang kami eksekusi bersama.
Oke coba saya share pengalaman pribadi saya ketika start-up PMC. Waktu itu saya bersama Camila, sama-sama membutuhkan tambahan uang saku. Maklum, kalau tidak salah ingat, kami waktu itu masih semester 4 atau 5 di sebuah Universitas swasta di Surabaya. Meskipun sebenarnya bisa meminta uang saku langsung ke orang tua, kami kok mikirnya itu “kurang keren”. Akhirnya kami mikir bareng, apa ya yang kira-kira bisa menghasilkan cukup uang untuk kita tidak perlu meminta ke orang tua lagi. Kami lihat skill masing-masing, dan berkesimpulan bahwa mungkin industri copywriting cocok untuk kami. Saya dengan skill marketing dan IT bersama Camila dengan skill jurnalistik dan Bahasa Inggrisnya yang luar biasa.
Nah, apakah semuanya berjalan dengan lancar? Not really, but not that bad too. Karena tidak punya pengalaman berbisnis cukup sebelumnya, kami berdua sempat ditipu oleh klien dari Amerika. Kami sudah bekerja keras menyelesaikan pesanan klien tersebut, dan ternyata kami dibayar dengan cek kosong yang tidak bisa diuangkan. Tentunya itu merupakan pukulan telak bagi kami yang masih terlalu muda untuk mengerti tentang bisnis.
Di titik ini, hubungan co-founding kami malah menguat. Kami saling menguatkan, dan merasa bahwa kami hanya perlu untuk bertindak lebih berhati-hati nantinya. Pembagian tugas diantara kami sangat jelas. Saya cari klien dan eksekusi marketing entah itu online maupun offline beserta urusan human resource, sedangkan Camila fokus di teknikal, membimbing penulis-penulis di PMC. Tentunya friksi dan pertengkaran juga sering terjadi, apalagi tentang pengambilan keputusan. Akhirnya kami memutuskan untuk saling percaya, dan membagi decision making lebih jelas lagi. Segala keputusan akhir tentang marketing ada di saya, segala keputusan tentang teknikal ada di dia, dan segala keputusan tentang HR harus mencapai kata mufakat antara kami berdua. Perkara finansial? Kami menerapkan sistem keuangan terbuka.
So yeah, everything went well. Sekarang Camila memang sudah tidak di PMC lagi. Namun itu karena dia ingin fokus di perusahaan pembuat aplikasi iPad bersama salah satu dosen kami. Kami masih berhubungan baik meskipun sudah berbeda perusahaan. Co-Founding dalam kasus saya memang banyak pertengkaran, namun segalanya bisa berjalan lancar karena kami menerapkan berbagai trik diatas. Menurut Professor Noam Wasserman, hubungan co-founding antar teman atau keluarga adalah yang paling sering dipilih oleh orang, namun justru mempunyai tingkat kegagalan tertinggi dari segala jenis co-founding lainnya. Saya akan membahas tentang penelitian Noam Wasserman beserta beberapa contoh lain mendirikan usaha bersama teman yang berhasil maupun yang gagal di bagian kedua besok.