Berita Bisnis
Aplikasi Super Sederhana Ini Membuktikan Bahwa Konteks Lebih Berkuasa Daripada Konten
Yo, atau Tidak?
Ada sebuah legenda baru di Silicon Valley. Sebuah aplikasi sederhana bernama Yo, berhasil mengamankan pendanaan senilai $ 1,2 juta dari sejumlah investor yang tidak disebutkan namanya. Yo, adalah sebuah aplikasi super sederhana yang bisa melakukan satu hal. Ia akan membantu Anda mengirimkan satu pesan yang berisi “Yo”. Itu saja.
Maka, Yo mungkin salah satu app paling terpolarisasi sepanjang sejarah: Anda hanya bisa menyukai, atau justru membencinya. Namun terlepas dari apakah nanti Anda akan menyukai atau membencinya, Yo sudah sangat populer. Sejak diluncurkan pada tanggal 1 April sebagai lelucon April Mop, Yo telah mengumpulkan lebih dari 1 juta pengguna aktif, dan sekarang, ia mencapai angka 2 juta download. Angka ini membuat mereka dengan mudah membalas komentar “stupid app” yang bertebaran pada halaman mereka di App Store, meskipun para founder mereka, Or Arbel dan Moshe Hogeg menyadari bahwa apps mereka ‘berjalan pada garis kebodohan’. “Ada garis tipis antara kejeniusan dan kebodohan,” kata mereka sangat bertahan.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari popularitas Yo? Apa yang membuat Yo begitu populer, dan apakah ia bisa bertahan?
Konteks > Konten
Aplikasi ini mungkin dimulai sebagai sebuah lelucon. Akan tetapi, ia kemudian menjelma sebagai sebuah bahasa yang universal. Contohnya seperti ini: Anda mendapat dua pesan “Hey” yang sama persis. Seorang teman dekat Anda dan dari seorang kencan Anda semalam. Dari teman dekat Anda, “hey” hanya berarti hey. Tapi dari teman kencan Anda, “hey” bisa berarti apapun mulai “tadi malam menyenangkan” hingga “Aku memikirkanmu pagi ini”. Sama halnya dengan sebuah “Yo”. Bisa saja hanya sebuah yo. Tapi Anda akan merasakan perbedaan yang sangat nyata antara “Yo” pada pagi hari dari seorang teman dan “Yo” pada pukul 2 pagi dari seorang teman kencan. Yo memiliki konteks. Yo mengatakan lebih dari dua huruf kecil y dan o.
Ambiguitas
Hogeg dan Arbel mengataan bahwa alasan orang-orang menyukai Yo bukanlah karena kebijaksanaan (konten) aplikasi ini, melainkan karena pengguna dapat mendefinisikan sendiri apa arti sebuah Yo (konteks).
“Kadang, the message is the message,” kata Hogeg. Pernyataan ini menjelaskan bahwa pengertian sebuah pesan Yo sangat bergantung pada konteks kapan ia dikirimkan. Bagi Hogeg dan istrinya, sebuah Yo berarti ‘Aku cinta kamu’. Beberapa developer di IFTTT.com memanfaatkan Yo sebagai saklar untuk mematikan lampu. Seorang developer bahkan menggunakan Yo untuk menciptakan sebuah app yang mengirim peringatan apabila ada misil terdeteksi menuju Israel (Yo adalah perusahaan Israel).
“Yo bisa berarti apapun karena dia tidak berarti apapun,” kata Arbel. “Ambiguitas itu persis apa yang kita cari dalam sebuah aplikasi yang semuanya tentang konteks.”
Akankah ia bertahan?
Sebuah aplikasi seperti ini, sementara lucu, meyakinkan, dan adiktif, pasti akan gagal jika digunakan semata-mata untuk berkomunikasi dengan teman-teman satu sama lain. Dan Arbel menyadari hal ini. “Jika perusahaan atau brand menemukan cara untuk menggunakan app kami, maka kami akan sukses,” kata Arbel. “Jika ini cuma jadi suatu lelucon yang Anda gunakan untuk mengganggu teman Anda di kantor, maka… ”
Saat ini, aplikasi ini menawarkan API gratis yang akan membiarkan setiap organisasi untuk membentuk sistem Yo mereka sendiri. Misalnya di Piala Dunia kemarin, Jika Anda mengirim Yo untuk World Cup, Maka Anda akan mendapatkan Yo setiap kali ada yang mencetak gol. Secara teoritis, Studentpreneur juga bisa menambahkan tombol Yo ke situs kami bagi pembaca yang ingin tahu kapan breaking news yang sedang hits ada di situs kami.
Maka problema terbesar yang dihadapi Yo adalah apakah brand-brand besar akan cukup kreatif untuk menggunakan pesan kontekstual ini. Karena, sumber pendapatan mereka nanti rencananya datang dari penjualan API. Meskipun saat ini, mereka masih berfokus untuk mengumpulkan lebih banyak pengguna.
Bagaimana menurut Anda, Yo atau No? Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur. [Photo Credit: Yo]
Artikel Bisnis Terpopuler Hari Ini:
Orang Bugis Tersukses di Indonesia
Dari Pengusaha Furnitur Menjadi Orang Nomor 1 Indonesia
Ini Cara Dapatkan Modal Usaha Dari Bank Mandiri