Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Tips

Begini Cara Seorang Steve Jobs Mengacaukan Peraturan Baku dalam Branding


Sebelum Steve Jobs memimpin Apple untuk kedua kalinya pada tahun 1997, semua hal jauh lebih sederhana. Konsumen bisnis berbeda jika dibandingkan dengan konsumen umum yang suka bermain-main. Pria biasanya membeli produk teknoogi sementara wanita adalah konsumen fashion. Anak-anak terbiasa untuk menghambur-hamburkan uang dan mereka yang dewasa lebih hati-hati dalam menginvestasikan uangnya.

Pada saat itu, branding dilakukan semata-mata untuk mempercantik produk yang ditawarkan. Hal utama yang paling diperhatikan oleh para marketer saat itu adalah harga yang tinggi. Masalah mengenai apakah produk mereka digunakan para konsumen sesering mungkin ataupun mengenai tingkat kepuasan para konsumen menjadi hal yang kurang begitu diperhatikan.

SteveJobs-Wide

Namun kehadiran Apple yang dipimpin oleh Jobs mengubah semua hal tersebut. Produk-produk Apple pun menjadi sangat sulit untuk dipahami oleh para marketer. Langkah marketing yang dilakukan oleh Apple berbeda jauh dengan desain branding yang berlaku saat itu. Apple menghadirkan produk dengan kualitas yang tinggi, iklan didesain secara luar biasa. Secara keseluruhan, Apple memperlihatkan kualitas yang tinggi. Tak mengherankan kalau pada saat itu Jobs dianggap sebagai seorang penyihir yang mampu menciptakan ruang distorsi bagi orang-orang di sekitarnya.

Namun Jobs bukanlah seorang magician seperti halnya David Copperfield ataupun David Corbuzier. Seperti Anda-Anda semua, Jobs adalah seorang entrepreneur. Dengan menciptakan sebuah realitas baru, dia pun berhasil mengacaukan peraturan branding yang dipegang oleh semua orang.

Apple berhasil mengacaukan peraturan branding yang ada karena hal yang sangat sederhana. Jobs tidak mengetahui adanya peraturan tersebut. Dia tidak mengikuti checklist yang telah telah dicentang dan tidak pernah melakukan apa yang harus dilakukannya. Dia tahu kalau dirinya tidak akan bisa meniru kesuksesan orang lain. Hal ini dilakukan bukan karena egonya, tapi karena fakta bahwa meniru orang lain tidak akan menghasilkan kesuksesan besar.

Dengan pandangan seperti itu, Apple yang dipimpin Jobs pun berhasil meninggalkan para kompetitornya. Untuk melakukan semua itu, Apple memfokuskan diri pada satu hal yang benar. Mereka mempunyai sebuah bisnis dengan visi, sebuah pendekatan yang kadang terlalu gila untuk dilakukan dan produk serta layanan yang konsisten dengan tujuannya.

Jobs memandang bahwa Anda tidak akan bisa mendekatkan diri secara emosional dan berarti dengan para konsumen dengan merancang sebuah marketing besar. Tidak ada segmentasi, strategi, teknologi ataupun wawasan psikologis yang akan menghasilkan brand besar. Anda harus menggunakan seorang pebisnis besar. Selanjutnya, brand tersebut pun akan tersebar dengan sendirinya dan kerap diperbincangkan oleh masyarakat.

Kabar buruknya, Anda tidak bisa meniru apa yang dilakukan Jobs di perusahaan Apple miliknya. Namun Anda bisa meniru dasar-dasar strategi yang dilakukan oleh Apple. Entah itu adalah pada saat Anda membangun sebuah startup atau membangun brand super mahal. Lakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih baik lagi dan lakukan secaa unik. Perhatikan secara detail bisnis yang Anda miliki lebih dari yang kompetitor Anda lakukan. Temukan cara berkomunikasi dengan konsumen. Kembali ke awal dan tingkatkan apa yang bisa ditingkatkan serta ganti apa yang tidak bisa dengan sesuatu yang lain. Lakukan itu secara berulang. Jangan lupa ikuti facebook dan Twitter kami ya!

 

Baca Juga: 

Jual Motorola Seharga 30 Trilliun Rupiah, Google Untung Besar

Dari Penjaga Toko Menjadi Pebisnis Fashion Besar Dunia

Memulai Kuliah Usia 12 Tahun, Danielle Fong Siap Menyelamatkan Dunia

Imam Baihaki

Seorang penulis yang ingin berkeliling Indonesia dan dunia.

Facebook