Best People Event Tips
Cara Mendirikan Perusahaan Design
Beberapa saat yang lalu, salah satu komunitas desainer di Indonesia, Kreavi, mengadakan sebuah acara yang dihadiri oleh 450 orang. Tidak kurang dari tiga pebisnis desain membagikan wejangannya ke anak muda di Surabaya. Tema yang diangkat adalah “Starting a Local Creative Company”, menceritakan bagaimana pebisnis desain ini berjuang untuk merintis bisnis dari awal sampai akhirnya menjadi sukses. Ini dia penuturan seru mereka seperti yang ditangkap oleh Tim Studentpreneur.
Alvin Raditya – Bermula Dari Starbucks
Alvin adalah pemilik dari Visualcast Designology . Perusahaan yang bergerak dalam brand & graphic design. Hal yang cukup menarik adalah Alvin memulainya dengan berkantor di Starbucks (wait kok di Starbucks ?) Iya benar, Alvin biasanya memesan satu gelas kopi dan bisa bekerja seharian penuh disana. Awal mula yang sangat sederhana. Alvin berkata bahwa untuk memulai bisnis di dunia Graphic Design tidak harus menjadi desainer grafis sebab bisnis desain grafis adalah “more managing, less designing.”
Creative Company berbeda dengan perusahaan biasa. Karena batasan-batasan yang abstrak, kompetitor juga menjamur dimana-mana. Contohnya, tidak harus seorang lulusan sekolah desain, seorang yang baru lulus kursus desain pun bisa bekerja dengan desainer lain dan membentuk Creative Company.
Mengutip perkataan dari Andi S. Boediman, Alvin percaya setiap desain dan ide harus menempel ke satu produk barulah desain itu punya nilai jual yang jelas. Dan sudah keharusan bagi Creative Company “menempelkan diri” kepada sebuah industri.
Tips dari Alvin bagi sobat Studentpreneur yang ingin memulai usaha di Creative Company adalah bangunlah network dimanapun kita berada dan jeli melihat peluang-peluang yang ada. Lihatlah potensi dan kebutuhan lokal yang dapat dijadikan peluang. Yang terakhir, sama seperti industri lainnya, kesabaran dan ketekunan bakal menjadi kunci utama dalam menjalani bisnis ini.
Zinnia Sompie – Jadilah Seorang Story Teller
Pembicara yang paling cantik di acara ini adalah Zinnia Sompie. Zinnia adalah Managing Director dari COD, sebuah perusahaan desain dan pengajar di IDS (International Design School). Di sesi ini, Zinnia menceritakan sedikit kisahnya menjadi seorang Graphic Designer. Setelah menyelesaikan perguruan tinggi di Seattle dan New York dan memutuskan kembali ke Indonesia, dia sempat bekerja di perusahaan majalah dengan gaji yang kecil dan merangkap sebagai seorang freelancer. Tapi kejenuhan pun datang menghampiri. Akhinya Zinnia memutuskan untuk sekolah di bidang kuliner dan bekerja sebagai asisten koki di sebuah hotel tapi dengan gaji yang bahkan lebih kecil dari sebelumnya (dia juga menyesali ini..). Di saat kegalauan itulah Zinnia memutuskan kembali ke ranah perdesainan.
Zinnia berkata kita akan less designing saat mendirikan Creative Company. Ada kiat menarik yang dibagikan Zinnia dalam menjalani Creative Company kita. Zinnia menyebutnya “tiga topi” yang dipakai bergantian sesuai kondisi.
Topi pertama adalah Business Aspect. Kita harus cermat dalam memimpin bisnis kita. Hal menarik yang Zinnia lakukan dalam mengelola bisnisnya adalah menggunakan Online Project Management seperti Smartsheet dan Dropbox untuk memudahkan pekerjaannya.
Topi kedua adalah Creative Aspect. Kita diwajibkan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota tim. Berikan waktu pada anggota tim kita untuk berpikir dan menyampaikan pikirannya. Topi ketiga adalah On Clients Aspect. Bertemanlah dengan klien kita, jadilah Storyteller yang baik untuk klien kita. Terakhir, jangan pernah takut untuk memecat klien jika diperlukan !
Satu prinsip yang dipegang Zinnia adalah “Work will always there. Tidak akan lari kemana-mana.” Secara pribadi Zinnia kurang menyukai yang namanya lemburan, maka itu Time Management adalah hal penting yang harus dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan dengan efisien.
Danis Setiawan – Sudah Merambah Singapura
Danis Setiawan nampaknya adalah pembicara yang paling nyeleneh dibandingkan yang lainnya. Materinya tidak banyak namun berhasil menarik antusias peserta dengan baik. Hadir dengan atasan kemeja dan celana selutut, awalnya tidak ada orang yang menyangka bahwa Danis adalah pemilik dari Sciencewerk, sebuah perusahaan studio desain yang menangani baik desain printed dan digital. Saat ini Sciencewerk telah melebarkan sayap hingga ke Singapura! Sebagai dasar sebuah Creative Company, Danis menyebut ada 3 unsur utama : Cash, Network / Collaboration, Portfolio.
Dannis menekankan kita untuk menjadi realistis dan less delusional . “Cash is the King” tanpa uang cash, perusahaan tidak akan bergerak kemana-mana. Selain itu, dalam industri jadilah dirimu sendiri, jangan setengah-setengah. Orang yang memiliki Creative Company juga harus cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Sebelum mengakhiri sesinya ada perumpamaan menarik yang disampaikan Danis. Desainer itu diumpamakan seperti (maaf) toilet. Tempat dimana klien membuang segala “barang-barang.” Kita bisa menjadi toilet yang nyaman, kalau perlu menjadi toilet emas bagi klien untuk membuang segala “barang-barang” tersebut.
Jangan lupa ikuti facebook dan Twitter kami ya!
Baca Juga:
Tiga Cara Menemukan Ide Bisnis yang Bermanfaat
7 Keuntungan menjadi Entrepreneur
Facebook Beli Perusahaan Anak Umur 21 Tahun Seharga 20 Trilliun