Konsultasi Tips
Cara Menyusun Proposal Bisnis Untuk Investor
Artikel ini menjawab pertanyaan Giovanni, salah satu Sobat Studentpreneur, yang bertanya melalui Business Start-Up Coaching Clinic with Prasetiya Mulya Business School.
Pertanyaan
Saya sebelumnya belum pernah benar-benar berbisnis sampai sukses, dalam artian tiap bisnis yang mau saya mulai selalu tidak bisa bertahan lama karena sifat mudah mnyerah saya dan rasa pesimistis sama tiap usaha yang saya jalani. Nah sekarang ini saya punya ide bisnis yang ingin saya jalani, kali ini saya cukup percaya ide saya ini ke depannya bisa sukses karena di kota saya belum ada bisnis serupa dan pasarnya saya yakin cukup besar. Tapi kendalanya saya tidak punya modal untuk membukanya karena membutuhkan modal yg sangat besar. Saya takut kalau kelamaan di pending ide ini bisa keduluan orang. Maka saya menyiapkan proposal untuk investor yang mau membiayai ide saya ini. Nah bagaimana menyusun proporsal yang baik dan benar agar proposal saya dapat tembus ke tangan investor?
Jawaban
Dear Giovanni, langkah yang perlu Anda lakukan sebelum membuat proposal adalah harus memastikan dahulu dengan pasti seberapa besar konsumen potensial yang dapat Anda raih dengan ide bisnis yang Anda miliki. Hal ini layaknya seperti Grup Band yang ingin menawarkan lagu kepada produser rekaman. Selain lirik dan musik yang Anda tawarkan, maka Anda perlu memastikan terlebih dahulu seberapa banyak penikmat lagu yang menyukai aliran musik yang dibawakan. Semakin banyak jumlah komunitasnya, maka semakin besar keinginan produser itu untuk mengontrak grup band Anda.
Untuk dapat memperoleh analisis pasar yang valid dan meyakinkan, Anda perlu membuat segmentasi yang jelas mengenai potensi pasar yang Anda sasar. Hal ini akan mempermudah Anda ketika menawarkan rencana bisnis ini kepada investor, karena investor akan berpikir seberapa langgeng bisnis Anda akan berjalan dilihat dari potensi konsumen yang dimiliki.
Strategi segmentasi yang perlu Anda lakukan tidak perlu ribet-ribet. Lakukan saja identifikasi sederhana dari kategori-kategori segmentasi yang ada, namun jangan terlalu umum. Maksud yang terlalu umum adalah seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, dll. Coba pergunakan kategori segmentasi yang lebih terarah, misalkan lokasi orang menghabiskan waktu luang, jenis perilaku orang ketika waktu luang, atau dapat digunakan juga segmentasi dengan variabel waktu, seperti waktu-waktu tertentu orang biasa melihat info online, kunjungan untuk liat facebook, dll.
Dengan segmentasi itu, maka Anda dapat menginformasikan besaran konsumen dan frekuensi konsumsi dari konsumen. Data itulah yang akan jadi 50% modal Anda untuk meyakinkan investor mengenai ide bisnis Anda. Nah, kalau sudah 50%, maka 50% sisanya dari mana?
Sisa 50% modal Anda adalah kekuatan ide bisnis Anda tersebut dengan nilai tambah yang Anda berikan. Seberapa besar sih ide yang Anda tawarkan dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dihdapai oleh pasar sasaran yang sudah Anda segmentasikan tadi. Semakin unik dan solutif, maka semakin yakin investor untuk menanamkan investasinya di Anda.
Langkah terakhir yang perlu Anda persiapkan adalah membuat sistem pengembalian dana yang rapih kepada investor, meliputi tingkat dan jangka waktu pengembalian investasinya. Investor tentunya menginginkan pengembalian yang lebih besar dari deposito dengan jangka waktu yang lebih pendek pula. Oleh karena itu, Anda perlu memberikan insentif yang menarik daripada bunga deposito yang ditawarkan saat ini. Selamat berjuang Giovanni.
Beliau adalah kepala Entrepreneurship Development Center, Prasetiya Mulya School of Business and Economics
Related Posts
- Inilah Cara Membuat Business Plan Secara Lengkap
- Pentingnya Marketing Multichannel: Online dan Offline
- Papercaptain Mimpi Evan Sejak Kecil (Preview November 2013)
- Ricebowl Startup Awards 2016
- Kesulitan dan Keuntungan Seorang Wanita dalam Dunia Entrepreneur
- Perkenalkan Yoshikazu Tanaka, Mark-Zuckerberg-nya Jepang