Best People Seri Orang Terkaya Dunia
Howard Schultz, Karyawan yang Kini Menjadi Bos Starbucks
Kesuksesan besar Starbucks tak terlepas dari CEO-nya, Howard Schultz. Tapi tahukah Anda kalau dulu Howard hanya karyawan seperti Anda juga?
Kopi mungkin sekarang merupakan minuman pokok nomor 2 di Indonesia setelah air putih. Bagaimana tidak, sekarang hampir diseluruh warung menjual kopi. Indonesia sendiri adalah produsen kopi terbesar nomor 3 di dunia. Indonesia hanya kalah dengan Brazil dan Vietnam.
Jika ada sejarah yang mencatat, kopi adalah saksi bisu para tokoh-tokoh pahlawan. Bung Karno pun tidak jarang minum kopi, dibeberapa foto sejarah tampak Bung Karno minum kopi ketika serius memikirkan masa depan bangsa Indonesia. Jokowi juga sering minum kopi ketika sedang blusukan ke pasar.
Kopi di Indonesia tidak hanya sekedar minuman, tetapi kopi menjadi alat perekat bangsa. Hanya dalam secangkir kopi, 2 orang bisa berbincang selama 6 jam lebih. Hanya dalam secangkir kopi, orang bisa betah berjam-jam duduk membaca buku, mengerjakan tugas kuliah atau menyelesaikan kuliahnya. Kopi adalah teman kita semua.
Semuanya berkat Howard Schultz, yang merupakan pencetus ide bahwa kopi bukan sekedar untuk diminum, tapi kopi untuk kehidupan bersosial. Howard Schultz, CEO Starbucks sekarang memang bukan pendiri asli Starbucks. Howard menawarkan Starbucks tidak hanya hadir sebagai toko yang menjual kopi, tapi menjual suasana yang nyaman dan ramah lingkungan, pegawai yang bersahabat dan hanya menyajikan biji kopi terbaik.
Miskin, Howard kasian lihat ayahnya kecelakaan dan tidak mempunyai asuransi
Kehidupan Howard ketika kecil sangat miskin, ayahnya adalah mantan tentara dan terakhir bekerja sebagai supir truk. Ketika Howard kecil, dia melihat ayahnya kecelakaan dan harus berobat seadanya karena tidak mendapatkan asuransi. Howard ketika itu masih berumur 7 tahun.
Karena harus membantu perekonomian keluarga, Howard harus bekerja sejak umur 12 tahun. Howard jadi loper koran, dan pada umur 16 tahun dia sudah menjadi penjaga toko. Pendidikan formal Howard pun hanya sampai SMA, ketika itu keluarganya tidak mempunyai uang untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Tetapi karena Howard sangat mahir dalam berolahraga, dia mendapatkan beasiswa di Northen Michigan University dan lulus sebagai sarjana komunikasi pada tahun 1975.
Sales penjual mesin kopi dan bertemu dengan pemilik Starbucks
Setelah lulus kuliah, Howard bekerja sebagai sales di Xerox selama 3 tahun. Lalu bekerja di perusahaan Hamamaplast asal Swedia. Disana Howard bertugas menjual peralatan rumah tangga, termasuk mesin penjual kopi. Ketika itu Howard menjual ke Starbucks yang pada saat itu masih kecil. Howard kaget, ternyata Starbucks memesan mesin kopi begitu banyak, lebih banyak dari toko kopi lainnya.
Startbucks sendiri didirikan pada tahun 1971 oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl dan Gordon Bowker. Mereka bertiga adalah teman sewaktu kuliah, dan mendirikan Starbucks karena muak tidak ada kopi yang berkualitas bagus di Washington.
Memohon untuk bekerja di Starbucks
Howard sangat terkesan dengan perkembangan Starbucks dan sangat ingin bekerja disana. Howard pun menelpon sang pimpinan pada saat itu adalah Jerry Baldwin. Howard melamar sebagai marketing dan akan berjanji untuk membesarkan Starbucks. Akhirnya Howard pun diterima bekerja di Starbucks, walaupun dengan gaji setengah lebih sedikit di Hamamaplast pada tahun 1982.
Ketika bekerja selama setahun, Howard dikirim ke Italia untuk belajar cara membuat resep kopi Italia. Di Italia, pikiran Howard terbuka. Howard melihat begitu banyak cafe di pinggir jalan kota Roma menyajikan kopi dan para pengunjungnya betah duduk berjam-jam hanya meminum secangkir kopi. Suasana cafe sangat nyaman, begitu banyak orang di masing-masing meja, ada yang berdua, bertiga sampai berlima.
Howard pun berpikiran bahwa konsep Starbucks harus dirubah. Starbucks harus tidak sekedar menjual kopi, tetapi membuat cafe yang nyaman agar pengunjungnya betah walaupun hanya memesan satu cangkir kopi. Ketika kembali ke Amerika Serikat, Howard menawarkan konsep ini kepada Balwin, tetapi ditolak.
Keluar dari Starbucks dan membuka cafe sendiri
Merasa tidak sejalan, akhirnya Howard keluar dan mencoba membuat cafe sendiri. Total modal yang harus dikeluarkan Howard adalah 1,7 juta dollar dan Howard tidak mempunyai uang sebanyak itu. Akhirnya Howard meminjam uang di bank, dan berhasil membuka cafe pertamanya yang dinamakan Il Giornale. Pada April 1986 pembukaan Il Giornale, ada sekitar 300 orang yang datang dan itu sangat sukses.
Il Giornale menggabungkan konsep Starbucks dan cafe yang ada di Italia. Yaitu kopi berkualitas tinggi dan tempat bersosialisasi. Berturut-turut Il Giornale sukses membuka cabang di Amerika Serikat. Bagaimana dengan Starbucks? Sepi!
Starbucks ternyata tidak bisa berkembang dan kalah bersaing dengan Il Giornale. Bahkan Starbucks dinyatakan bangkrut dan menjual sahamnya sebesar 4 juta dolar. Pada tahun 1992, Howard membeli seluruh saham Starbucks dan mengganti nama tokonya menjadi Starbucks.
Starbucks sekarang menjadi cafe nomor 1 dibidangnya. Starbucks terkenal dengan kopi lokal tetapi berkualitas tinggi, lalu baristanya yang harus mengikuti standar tinggi. Di Starbucks, barista diharuskan bisa mencampur kopi espresso di tangan kiri, tangan kanan menambah krim disaat bersamaan namun tetap bisa ngobol dengan pelanggan.
Total mempunyai toko sebanyak 21,536 di 64 negara di seluruh dunia. Starbucks pun tidak hanya menjual kopi, tetapi menjual jus, teh dan beberapa kue. Terinspirasi oleh artikel ini? Bagikan untuk teman-teman Anda di social media ya! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur. [Photo Credit: Richard]
Rekomendasi Editor Hari Ini:
Padukan Bisnis dan Budaya, Mahasiswa Surabaya Raup Jutaan Rupiah
Inspiratifnya Mantan Tukang Besi yang Jadi Milliuner
Inilah 3 Model Bisnis yang Tak Pernah Sepi Pembeli