Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Tips

Satu lagi Budidaya yang Patut Kamu Coba: Budidaya Ikan Patin


Daging dan kepalanya diolah menjadi berbagai resep makanan, tulangnya diolah menjadi kaldu ikan, durinya pun bisa diolah menjadi campuran abon.

Patin adalah ikan air tawar bewarna putih keperakan dengan panjang rata-rata 120 cm, termasuk bongsor jika dibandingkan dengan ikan-ikan air tawar domestik pada umumnya. Ikan patin memiliki daging yang gurih dan lembut, tulangnya sering dimanfaatkan menjadi kaldu ikan yang sedap, durinya menjadi bahan campuran abon ikan patin, dan tentu saja, kepalanya sering diolah menjadi makanan lezat.

Selain diolah sebagai makanan, ikan patin juga bermanfaat untuk kesehatan. Lemak tak jenuh dalam patin dapat mencegah terjadinya penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah, mengurangi jumlah kandungan kolestrol jahat, dan jantung koroner. Bagi ibu hamil, kandungan DHA dan omega 3 berfungsi dalam pengoptimalan pertumbuhan Si Kecil. Kalau kamu sedang menjalani program diet untuk membesarkan otot, protein dalam patin sangat efektif dalam menambah massa otot, memperkuat otot, dan mengencangkan otot. Selain itu, fosfor dan kalsium dalam patin juga berfungsi untuk menjaga kesehatan tulang. Ikan patin juga mengandung protein sebesar 23-28%, relatif lebih besar dibandingkan ikan tawar jenis lainnya.

Seperti gurame, ikan patin juga memiliki masa panen yang cukup lama. Walaupun begitu, ikan patin termasuk ikan air tawar yang mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan perawatan yang khusus. Pakan ikan yang berkerabat dekat dengan lele ini juga bisa memanfaatkan limbah rumah tangga yang tidak mengandung minyak. Selain itu, produksi telur ikan patin juga termasuk yang subur, satu ekor indukan bisa memproduksi 200 ribu butir telur setiap 6 bulan. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mencoba budidaya ikan patin kan Sobat Studentpreneur?

 

Tahap pertama: Persiapan Kolam

Dalam budidaya ikan patin, kamu bisa menggunakan dua tipe kolam: kolam terpal atau kolam beton. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing, berikut penjelasannya:

Kolam terpal lebih populer digunakan karena lebih hemat biaya dan praktis. Kamu hanya membutuhkan beberapa batang bambu sebagai pembatas, lalu letakkan terpal sebagai dasar. Ikat keempat sisinya dengan tali, kemudian pasang selang air untuk mengisi kolam. Selain itu, kolam terpal mudah dibersihkan sehingga memudahkan untuk perawatan. Kamu bahkan bisa menambah kolam kapanpun kamu mau asalkan masih ada ruangan tersisa.

Namun dalam penggunaannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kolam terpal. Pertama, kolam yang sudah jadi dan baru diisi air sebaiknya tidak langsung ditebar benih ikan patin. Air PDAM atau air sumur yang kamu gunakan untuk mengisi kolam mengandung kadar asam yang tidak pas (pH air kolam ikan patin harus berkisar antara 6,5-7). Oleh sebab itu, tunggulah selama 1-2 minggu. Kedua, jangan mengisi air sekaligus penuh. Hal ini berguna untuk mengecek apakah ada kebocoran pada terpal atau posisi terpal yang belum pas sempurna.

Ketiga, pastikan untuk menjaga kebersihan kolam dan kualitas air. Tidak seperti lele, patin menyukai kolam berair bening dan bersih. Kuraslah kolam secara berkala untuk mengeluarkan kotoran patin atau sisa makanan yang mengendap di dasar kolam. Jika air membludak karena hujan deras, segeralah perbaiki, jangan sampai bocor dan rusak pada kolam dibiarkan terlalu lama. Terakhir, pastikan bahwa saluran air di kolam berfungsi normal.

Sedangkan untuk kolam beton, ini ditujukan bagi pembudidaya ikan patin yang ingin berinvestasi jangka panjang. Biaya pembuatan kolam beton jauh lebih tinggi dibanding kolam terpal, namun kolam ini bersifat permanen dan lebih tahan lama. Ada dua tipe kolam beton yang bisa kamu bangun: tipe tanam atau gali, dan tipe permukaan (dibangun di atas tanah).

Seperti kolam terpal atau kolam beton, kolam beton tipe tanam dan tipe permukaan sama-sama memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Tipe tanam biasanya dibangun apabila menggunakan sumber air sungai yang letaknya lebih rendah dari permukaan tanah. Sedangkan tipe permukaan biasanya dibangun pada area lahan yang berbatu atau pada pekarangan yang telah dikeraskan. Apapun pilihannya, semua tergantung pada kondisi dan kebutuhanmu.

Setelah kamu menentukan jenis kolam mana yang akan digunakan dalam membudidaya ikan patin, ada tiga elemen penting lainnya dalam mempersiapkan kolam, yaitu kedalaman kolam, luas kolam, dan saluran air.

Untuk ikan patin dengan masa panen kira-kira 5 bulan, kedalaman kolam ideal adalah 1-1,5 m. Kolam yang terlalu dangkal hanya akan membuat patin stres dan menghambat pertumbuhan. Sementara luas kolam disesuaikan dengan populasi ideal ikan patin. Supaya ikan patin dapat tumbuh dengan baik, maka per 1 m3 hanya terdapat 25 ekor ikan. Semakin luas kolam, semakin banyak ikan yang bisa dibudidaya. Ketiga, yang juga tidak kalah penting, adalah saluran air. Karena patin sangat menyukai kolam yang jernih, saluran air sangat berguna untuk sirkulasi air dan menjaga kebersihan kolam.

Supaya tidak ada benda luar yang masuk dan mengotori kolam, kamu bisa meletakan jaring atau paranet diatas kolam. Hal ini juga berguna untuk mencegah ikan melompat keluar.

Kolam patin terdiri dari tiga jenis: kolam pembibitan, kolam pembesaran, dan kolam pemijahan. Kolam ini dibedakan berdasar fungsinya masing-masing. Bahan dan cara pembuatan kolam serupa, yang menjadi pembeda adalah ukuran kolam (yang disesuaikan dengan kebutuhan pembudidaya). Namun jika kamu masih pemula, sebaiknya kamu mulai membudidayakan ikan dengan sistem pembesaran (membeli benih patin secara langsung) untuk alasan kepraktisan.

 

Tahapan kedua: Penebaran Benih

Benih yang siap ditebarkan di kolam biasanya memiliki panjang tubuh sepanjang ± 7 cm. Bibit sebesar ini cenderung memiliki daya tahan yang bagus sehingga kemungkinan hidupnya lebih tinggi.

Sebelum ditebarkan di kolam, benih terlebih dahulu harus beradapatasi dengan suhu kolam. Oleh sebab itu, masukan benih yang berada dalam kantong plastik (biasanya penjual benih menaruh benih ikan patin dalam plastik) ke dalam kolam selama ± 15 menit. Jika kantong plastik tersebut sudah berembun tanda suhu air kolam dan suhu air di kantong plastik sudah sama, maka buka kantong plastik secara perlahan dan biarkan benih ikan patin berenang keluar dengan sendirinya.

 

Tahapan ketiga: Pemberian Pakan

Pemberian pakan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan daya tahan ikan patin bergantung pada dua hal: frekuensi pemberian pakan dan kandungan gizi dalam pakan tersebut. Untuk pembesaran ikan patin di bulan-bulan pertama, berilah pelet yang sudah memilki kandungan gizi yang seimbang. Kamu juga bisa menambahkan makanan alami yang kaya akan protein seperti kerang, keong mas, bekicot, ikan sisa, dan limbah-limbah rumah tangga lain yang tidak mengandung minyak. Sementara untuk frekuensi pemberian pakan, berilah ikan patin makan sehari dua kali (pagi dan sore).

Jumlah pakan yang diberikan harus sebanyak 3-5% dari berat badan ikan patin untuk ikan berbobot tidak lebih dari 200 gram. Sementara untuk ikan yang berbobot lebih dari 200 gram, berikan jumlah pakan sebanyak 1,5-2% dari berat badan ikan patin tersebut. Untuk itu, semakin bertambah besar ikan, semakin banyak juga jumlah pakan yang diberikan. Untuk mengetahui takaran, kamu bisa mengambil sampel ikan sebanyak 5-10 ekor kemudian menimbangnya setiap bulan.

 

Tahapan keempat: Penanganan Hama dan Penyakit

Hama yang sering mengganggu keberlangsungan hidup ikan patin di kolam adalah lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Kamu bisa mencegah akses masuk hama dengan menerangi sekitar kolam dengan cahaya lampu karena hama-hama tersebut tidak menyukai daerah-daerah terang. Sedangkan untuk penyakit, ada dua tipe penyakit yang umumnya sering menyerang ikan patin: infeksi dan non infeksi.

Penyakit non infeksi biasanya tidak menular, disebabkan oleh faktor-faktor diluar patogen. Sementara penyakit infeksi biasanya timbul akibat gangguan patogen. Untuk mencegahnya, kamu harus terus memperhatikan kondisi kebersihan kolam dan kualitas air sehingga terjaga dengan baik.

 

Tahapan kelima: Pemanenan Ikan Patin

Photo credit: Phalinn Ooi (flickr.com)

Usia panen ikan patin umumnya adalah 5 bulan, namun sebenarnya semuanya tergantung pada permintaan pasar. Pemanenan ikan patin harus dilakukan dengan hati-hati supaya ikan tidak mengalami kerusakan, cacat, atau kematian. Dibanding menggunakan jala apung, kamu sebaiknya menggunakan jaring dengan mendesak ikan patin berenang ke hulu kolam. Setelah ikan patin terpojok, angkatlah dan siap dikemas untuk dijual. Pasar saat ini lebih menggemari ikan patin segar yang masih hidup, oleh sebab itu usahakan untuk menjual dalam bentuk ini.

Sebagai tambahan informasi, ikan patin adalah hewan yang bersifat nokturnal atau lebih aktif pada malam hari. Walaupun termasuk dalam golongan catfish, ikan patin termasuk dalam kategori omnivora atau pemakan segala. Di habitat aslinya, ikan patin senang bersembunyi di liang-liang di tepi sungai dan memakan ikan-ikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udang kecil, dan moluska.

Pada dasarnya, budidaya ikan patin sama seperti budidaya ikan lainnya yang terdiri dari lima tahapan: persiapan kolam, penebaran benih, pemberian makan, penanganan hama dan penyakit, dan pemanenan. Cara pemeliharaannya juga tidak jauh berbeda. Banyak orang mengalami kegagalan hanya karena masalah sepele, kalau bukan karena kurang memerhatikan pengaturan kolam, pemain baru yang terlalu terburu-buru memanen tanpa mempertimbangkan risiko, atau minimnya infomarsi mengenai budidaya ikan patin. Diluar daripada itu, budidaya ikan patin termasuk pekerjaan yang mudah kan Sobat Studentpreneur?

 

Yuk follow facebook Studentpreneur dan ikutan kelas online-nya buat belajar bisnis lebih lanjut.

 

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Indonesian Independence in a Digital Economy

Dunia Investasi Startup di Tahun 2017

Kematian Desain Grafis

 

Yovita Omega

Pernah berkarya di Pikiran Rakyat, kini Yovita aktif di digital agency di Jakarta.

Facebook