Studentpreneur | Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis Anak Muda

Berita Bisnis Best People Studentpreneur Indonesia

Wow, Ternyata Valuasi Gojek Sebesar Ini!


Awal Agustus lalu, Gojek, salah satu penyedia layanan ojek berbasis aplikasi di Indonesia, berhasil mendapatkan gelontoran dana investasi yang didapatkan dari beberapa investor asing dunia. Dana yang didapatkan bisa dibilang cukup besar, mencapai 550 miliar dollar AS atau setara dengan 7,2 triliun rupiah. Cukup banyak memang nilai valuasi gojek bila kita bandingkan dengan startup-startup serupa di Indonesia.

Investasi ini tidak hanya berdampak pada perkembangan Gojek di kemudian hari, melainkan juga menambah nilai valuasi pada Gojek. Nilai valuasi Gojek setelah investasi besar ini mencapai 1,3 miliar dolar AS atau setara dengan 17 triliun rupiah. Hal ini membuat Gojek mengukuhkan diri sebagai “unicorn”, sebutan bagi startup yang memiliki valuasi senilai lebih dari 1 miliar dolar AS.

Sepanjang sejarah, di Asia Tenggara hanya sedikit startup yang mendapatkan sebutan unicorn. Selain Gojek, beberapa startup seperti Garena (3,75 miliar dolar), Grab (sekitar 1,5-1,6 miliar dolar), dan Lazada (1,5 miliar dolar) mendapatkan predikat yang sama.

Seri investasi yang terjadi pada Gojek awal Agustus lalu melibatkan beberapa investor asing yang merupakan pemain lama dibidang investasi namun baru di investasi ini. Sebut saja KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital dan Capital Group Private Markets adalah beberapa nama baru dalam rombongan investasi tersebut. Beberapa investor lama seperti Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures dan Formation Group juga menjadi bagian dalam investasi bernilai ratusan juta dolar ini.

Startup yang berdiri sejak tahun 2010 ini baru mencapai puncaknya di awal 2015. Hal ini bersamaan dengan pertumbuhan teknologi aplikasi mobile yang semakin maju. Seakan tak ingin ketinggalan momen, Gojek pun melakukan banyak inovasi terhadap aplikasinya. Hasilnya, tak mengecewakan. Hingga akhir Juni 2016, aplikasi ini telah didownload hingga sebanyak 20 juta kali.

Selain itu, di bulan yang sama, sebuah bocoran yang diungkap oleh Tech In Asia menyebutkan bahwa Gojek menerima total lebih dari 20 juta booking dalam sebulan. Ini artinya, ada 667.000 booking per hari atau 8 kali pesanan per detik.

Gojek pun mengklaim bahwa peningkatan besar ini muncul pada kuartal 2 2016. Penyebabnya, tidak lain adalah fokus mereka terhadap pengembangan pasar di luar Jakarta. Selain itu, fitur-fitur baru seperti Go-Car, Go-Pay, hingga Go-Kilat yang dikembangkan bersama dengan Tokopedia, menjadi alasan lain peningkatan jumlah booking dan nilai valuasi gojek.

Hingga saat ini, perluasan pasar menjangkau banyak kota besar di Indonesia. Selain Jakarta, penggunaan aplikasi Gojek dapat juga kamu dapatkan di Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Medan, Semarang, Palembang, dan Balikpapan. Kota-kota tersebut juga menjadi kunci dalam persebaran pasar Gojek di Indonesia.

Potensi pasar Gojek saat ini dapat dibilang cukup besar, khususnya di Indonesia. Tingkat kemacetan yang cukup tinggi di kota-kota besar di Indonesia membuat kendaraan roda empat jadi lebih lambat daripada roda dua. Kebutuhan akan kendaraan yang lebih cepat semakin menguatkan ojek sebagai alternatif pilihan masyarakat. Inilah yang jadi kesempatan emas Gojek untuk mengembangkan aplikasinya agar lebih mudah dijangkau masyarakat Indonesia yang saat ini telah sadar akan teknologi.

Dari pemaparan investasi serta kiprah Gojek di atas, kira-kira sudahkah kamu menebak apa alasan dibalik investasi besar yang diberikan kepada startup asal Indonesia ini? Tak perlu cemas, berikut ini adalah beberapa alasan mengapa nilai valuasi Gojek bisa sebesar itu?

 

Banyak inovasi yang memudahkan pengguna

Sepanjang perkembangan Gojek, aplikasi berbasis telepon seluler ini sering kali memberikan inovasi yang memudahkan penggunanya untuk memesan jasa Gojek. Hingga saat ini, Gojek berkembang dari yang semula hanya menawarkan jasa ojek menjadi aplikasi yang menawarkan beragam jasa mulai dari pijat hingga jasa kebersihan. Inilah yang membuat banyak pengguna berpikir untuk menggunakan aplikasi Gojek untuk keseharian mereka.

Inovasi ini juga yang menyebabkan Gojek mampu mengikuti dinamika perkembangan teknologi. Hal ini tentu memiliki keuntungan jangka panjang yang bagus sehingga investor memilih untuk menanamkan modal mereka ke Gojek.

 

Peningkatan jumlah booking yang stabil

nilai-valuasi-gojek

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, peningkatan jumlah booking pada Gojek cenderung stabil dan menguntungkan. Sederhananya, semakin banyak booking, semakin banyak pula keuntungan yang didapat. Sebagai investor, hal ini tentu akan menguntungkan.

Selain itu, perkembangan pasar juga semakin menguatkan peningkatan jumlah pasar. Persebaran pasar Gojek yang saat ini menyasar ke berbagai kota besar di Indonesia di luar Jakarta semakin membuat investor tergiur. Ini karena potensi pasar di Indonesia, khususnya di luar Jakarta, mulai sadar akan teknologi yang memudahkan mereka untuk melakukan apapun. Gojek pun melihat kesempatan emas ini dengan menyediakan fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Saat ini, fitur yang paling populer digunakan adalah Gojek (fitur ojek online), Go-Send (fitur pengiriman barang/dokumen), dan Go-Food (fitur pengiriman makanan dari merchant). Ketiga fitur ini adalah fitur yang berpotensi untuk mengembangkan pasar dari berbagai bidang. Go-Send misalnya, dapat digunakan oleh para e-commerce untuk mengirimkan produk mereka langsung ke pelanggan. Ini menjadikan Gojek sebagai aplikasi yang menyasar tak hanya Business to Customer (B2C), melainkan juga Business to Business (B2B).

Potensi besar inilah yang setidaknya membawa Gojek menjadi salah satu startup yang memiliki potensi besar untuk berkembang tak hanya 1-2 tahun melainkan untuk sekitar 5 tahun ke depan. Investor jangka panjang tentu tak ragu untuk menanamkan modalnya ke perusahaan dengan prospek besar seperti ini, membuat nilai valuasi gojek semakin meningkat.

 

Subsidi yang diturunkan

Mengapa investor baru sekarang menanamkan modal besar mereka? Salah satu kemungkinan besarnya adalah penurunan subsidi yang tentu bagi perusahaan cukup merugikan. Tepat sebelum pengumuman investasi besar, yakni di bulan Maret 2016 lalu, Gojek menurunkan subsidi hingga mencapai 71 persen dari jumlah keseluruhan subsidi.

Subsidi dan bonus yang diberikan kepada para pengemudi Gojek adalah salah satu sumber kebocoran dana terbesar yang dialami oleh perusahaan ini. Pengurangan subsidi ini sekaligus mampu menekan pengeluaran perusahaan.

Sekarang coba kamu renungkan, peningkatan jumlah booking yang juga berdampak pada meningkatnya pendapatan serta penurunan pengeluaran perusahaan. Kombinasi ini menyebabkan semakin meningkatnya animo investor untuk menanamkan modal ke perusahaan ini.

Bagaimana pun, investasi besar yang diterima oleh Gojek serta meningkatnya valuasi perusahaan mereka memberikan kita sebagai entrepreneur muda sejumlah inspirasi yang dapat kita tiru. Beberapa hal yang patut kita tiru dari Gojek adalah:

  1. Selalu jeli melihat kesempatan besar. Apa yang jadi kebutuhan masyarakat dan apa yang dapat jadi solusi mereka harus selalu kita perhatikan.
  2. Kuasai keadaan perusahaan. Kamu sebagai pemilik perusahaan harus paham dengan keadaan perusaahaan saat ini. Sanggupkah perusahaan bertahan dengan kondisi sekarang? Sampai kapan perusahaan ini mampu berkembang untuk beberapa tahun ke depan?

Investasi besar memang mampu secara efektif meningkatkan nilai valuasi Gojek. Namun, apakah Gojek mampu bertahan dari kepungan rival-rivalnya yang saat ini juga semakin gencar melakukan optimasi aplikasi? Kita lihat saja perkembangannya dalam beberapa tahun ke depan Sobat Studentpreneur. Buat kamu yang sudah punya bisnis, simak juga cara mendapatkan investasi dari investor.

Kamu juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau mengikuti kelas-kelas online gratis di Studentpreneur.

Rekomendasi Kelas Online Studentpreneur Gratis Untuk Anda:

Lean Startup, Apa yang Perlu Kamu Tahu Tentang metode Ini

Cara Mencari Investor Untuk Startup Baru

Performance-Based Digital Marketing Oleh Italo Gani

Ricza Try Wicaksono

Ricza merupakan pengamat startup dan saat ini bekerja di startup Jepang, Wondershake.

Facebook Twitter