Best People Studentpreneur Indonesia Wanita Sukses
Tak Hanya Pedas, Sambal CUK Membuat Ibu Rumah Tangga Ini Jadi Jutawan
Selain rasanya yang pedas, Ibu dua orang anak ini berhasil meraup keuntungan rupiah dari penjualan sambal CUK (Cabe Uleg Kemasan) buatannya.
Sambal adalah salah satu pelengkap makanan di Indonesia. Sambal yang atau bahasa kerennya ‘chili sauce’ sangat digemari oleh masyarakat. Beberapa daerah di Indonesia bahkan sudah menjadikan sambal sebagai makanan yang wajib menemani selama makan, baik sarapan, makan siang ataupun makan malam. Ibaratnya, setiap ada kesempatan untuk makan pasti sambal wajib dihidangkan. Berdasarkan kondisi tersebut, Mujiati berhasil melakukan inovasi dengan mengemas sambal dalam bentuk kemasan. Bahkan, dirinya memberi melabeli sambal buatannya dengan nama yang cukup ‘pedas’ yakni CUK (Cabe Uleg Kemasan). Inilah liputan khusus hari ibu yang membuktikan bahwa ibu rumah tangga juga bisa produktif!
Kapan awal mula Ibu terpikir untuk memulai bisnis sambal?
Ya, jika ditanya kapan awal memulai bisnis, maka saya harus flashback beberapa tahun yang lalu. Sebelum saya memutuskan untuk resign, maka saya pun berpikir bahwa seharusnya ada bisnis yang dapat menopang ekonomi keluarga nantinya. Terlebih, saat itu perusahaan tempat suami saya bekerja juga mengalami collapse. Perenokomian keluarga saya saat itu benar-benar terpuruk. Dengan sedikit memutar otak, akhirnya saya terpikir untuk berbisnis di bidang kuliner. Hal ini dikarenakan, beberapa teman di kantor mengatakan bahwa masakan saya sangat enak terutama sambal uleg buatan saya.
Akhirnya, saya pun mulai terpikir untuk menjual sambal uleg buatan saya kepada rekan-rekan kerja di kantor. Perlahan, sambal uleg buatan saya pun semakin diminati banyak orang sehingga mulai banyak menerima order. Tidak sedikit, rekanan kerja yang ada di luar Surabaya atau bahkan diluar Pulau Jawa pun memesan sambal uleg buatan saya. Tak lama kemudian, saya pun memutuskan resign (setelah bekerja selama 25 tahun sebagai seorang marketing manajer) dari tempat kerja dan fokus menjalankan bisnis.
Dan kenapa diberi nama CUK?
Bagi sebagian orang, kata CUK memang identik dengan ungkapan yang memiliki konotasi negatif khas arek Suroboyo. Namun seperti kata Bu Risma (Walikota Surabaya), bukan berarti kita juga tidak mampu merubah persepsi orang dari sesuatu yang negatif menjadi positif. Buktinya, beliau juga mampu mengembangkan bisnis batik milik warga Surabaya yang diberi nama Dolly (tempat lokalisasi di Surabaya). Banyak orang yang kemudian membeli batik Dolly tersebut lantaran memang kualitasnya yang bagus. Terinspirasi oleh hal tersebut saya pun memberi nama sambal buatan saya dengan nama CUK yang merupakan akronim dari Cabe Uleg Kemasan.
Selain nama CUK sudah dikenal banyak orang, nama ini pun mudah diucapkan dan diingat. Sesuai dengan persepsi orang selama ini, sambal CUK buatan saya juga memberikan sensasi pedas di lidah yang tiada duanya. Saya benar-benar ingin merubah dari sesuatu yang jelek menjadi suatu hal yang bagus. Dan saya pun melakukannya melalui sambal CUK buatan saya. Harapannya, dengan memberi nama CUK maka sambal buatan saya pun akan mendapat tempat di hati masyarakat, dengan arti positif tentunya.
Anda bercerita bahwa perekonomian keluarga sempat terpuruk, bagaimana cara Anda bangkit?
Semua orang tentu tidak ingin hidupnya terpuruk, begitu pula dengan saya. Oleh karena itu, ketika saya tahu bahwa pekerjaan suami saya collapse maka saat itu juga saya mengatakan kepada diri saya sendiri untuk tetap semangat menatap masa depan. Pasti ada jalan bagi saya untuk bangkit dan mengembalikan ekonomi keluarga. Akhirnya Tuhan memberikan jalan melalui bisnis sambal uleg yang sebelumnya tidak pernah terpikir.
Saya meyakini sesuai dengan ajaran agama bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan dimana seorang umat tidak mampu menanggungnya. Oleh karena itu, saya pun selalu melibatkan Tuhan disetiap pekerjaan yang saya lakukan. Saya juga tidak akan mungkin berhasil mencapai posisi marketing manajer jika tidak melibatkan Tuhan. Namun hal tersebut ditunjang pula oleh kerja keras dan fokus didalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Akhirnya, saya pun berhasil bangkit dari keterpurukan dan diberikan rezeki lebih oleh Tuhan melalui bisnis sambal CUK seperti sekarang.
Lalu, apa yang membuat sambal Ibu berbeda dengan yang lainnya?
Pada dasarnya, setiap orang bisa membuat sambal uleg. Bahkan, Indonesia juga memiliki 62 jenis sambal yang tersebar di setiap provinsi. Oleh karena itu, saya juga harus memiliki ciri khas agar sambal CUK dapat diterima oleh masyarakat. Sambal CUK yang saya buat telah melewati uji klinis dan mendapat sertifikat BPOM. Bahkan, untuk menjaga kualitas rasa, sambal CUK juga melalui proses pasteurisasi sehingga menghasilkan cita rasa yang pas di lidah orang Indonesia. Hal ini saya dapatkan ketika menempuh pendidikan di jurusan Teknologi Pangan IPB.
Selain itu, sambal CUK bisa menjadi teman makan yang cocok untuk semua jenis makanan. Tak hanya itu saja, cukup dengan hanya nasi putih saja orang-orang pun sudah bisa menikmati sambal CUK. Pasalnya, didalam kemasan sambal CUK juga sudah ada potongan-potongan ikan yang dapat dijadikan lauk saat makan. Dengan sistem pasteurisasi yang sudah saya sebut tadi, maka sambal CUK memiliki masa expired hingga satu tahun dan tanpa bahan pengawet.
Berapa omzet yang Anda hasilkan dari berjualan sambal kemasan ini?
Tidak etis rasanya jika harus menyebut angka. Namun, saya bisa beri gambaran bahwa sambal CUK setiap bulan dapat laku hingga 20.000 botol. Sedangkan harga jualnya berkisar antara Rp 12.000,- hingga Rp 18.000,- per botol. Saya juga sudah punya banyak reseller yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Jadi, bagi mereka yang tinggal di luar Surabaya tidak perlu khawatir karena mereka tetap bisa menikmati sambal CUK dengan menghubungi reseller saya. Selain itu, saya juga bisa menggaji 10 karyawan saya setiap bulan.
Bahan baku sambal adalah cabe dimana harga per kilonya sering fluktuatif, bagaimana Anda mengatasinya?
Tepat sekali, harga cabe memang sangat fluktuatif di pasaran. Bahkan, tidak jarang harga untuk satu kilo cabe bisa mencapai seratus ribu rupiah. Berdasarkan pengalaman, harga cabe yang meningkat drastis tersebut biasanya terjadi tidak terlalu lama. Biasanya harga cabe meningkat hanya kurang lebih dua-tiga bulan saja. Setelah itu, harga cabe biasanya turun ke harga normal kembali. Oleh karena itu, sebelum mengalami kenaikan harga, biasanya saya sudah membeli cabe untuk selanjutnya disimpan didalam fresher box yang mampu menampung hingga 50 kg cabe setengah matang yang siap diolah menjadi sambal. Dengan cara ini, maka sambal CUK buatan saya pun juga tidak banyak mengalami kenaikan harga.
Lantas, pernahkan Anda mendapat komplain dari customer selama bisnis?
Setiap pelaku bisnis tentu pernah mengalami pasang surut. Hal itu pun terjadi pada saya di masa-masa awal menjalankan bisnis. Ketika itu, saya masih belum menemukan tempat yang tepat untuk mengemas sambal. Beberapa customer pun mengajukan komplain karena sambal yang dikirim mengalami kebocoran karena kemasan yang rusak. Akhirnya, saya pun mengganti semua botol yang rusak tersebut. Walaupun tidak sampai banyak mengalami kerugian, tetapi hal itu tentu mempengaruhi neraca keuangan bisnis saya. Saya tetap bersyukur dan mengucap Alhamdulillah, karena setiap kesulitan yang saya hadapi selalu ada solusinya.
Bagaimana pendapat Anda terkait bahwa pelaku bisnis biasanya adalah seorang laki-laki?
Walaupun memang kebanyakan demikian, namun rasanya tidak tepat jika sekarang ini berbicara seperti itu. Buktinya, tidak sedikit perempuan yang terjuan di dunia bisnis bisa berhasil dan sukses. Oleh karena itu, seorang perempuan pun juga bisa membuktikan kepada masyarakat luas bahwa dirinya juga mampu terjun ke dunia bisnis. Hanya saja, seorang perempuan juga harus pandai-pandai memilih jenis bisnis yang akan dijalankannya. Paling tidak bagi seorang perempuan yang sudah berumah tangga, bisnis yang dijalankannya pun tidak mengganggu statusnya sebagai seorang istri ataupun ibu dari anak-anaknya. Hal inilah yang saya alami sekarang ini, saya mampu menjadi seorang entrepreneur namun tetap dapat menjalankan aktivitas sebagai seorang istri dan juga ibu bagi kedua anak saya.
Sebagai seorang pebisnis, bagaimana cara Anda mengatur waktu untuk keluarga?
Mungkin sama seperti pebisnis yang lainnya, saya menjalankan aktivitas bisnis pada hari kerja dan juga sesuai dengan jam kerja. Hal ini sudah saya jalankan ketika masih bekerja di sebuah perusahaan marketing selama 25 tahun. Namun, untuk urusan tertentu yang mengharuskan saya melakukan perjalanan luar kota maka saya tidak akan lupa untuk selalu berkomunikasi dengan suami maupun anak-anak. Dalam sehari, saya bisa sampai delapan kali menelepon anak-anak untuk mengetahui apa yang dilakukannya seharian. Sedangkan pada saat weekend, saya tentunya akan menghabiskan waktu untuk keluarga.
Apa rencana bisnis Anda kedepan nantinya?
Semua pebisnis tentu menginginkan bisnisnya semakin berkembang dan menghasilkan banyak keuntungan. Saya pun juga mengingingkan hal yang sama untuk Sambal CUK. Saya sudah punya rencana untuk membuat sambal CUK dalam kemasan sachet sehingga lebih praktis penggunaannya. Tak hanya itu saja, saya juga berencana untuk membuka outlet sambal CUK yang berlokasi di pusat kota Surabaya. Konsepnya, outlet tersebut seperti semacam angkringan dengan duduk lesehan dimana setiap pengunjung dapat menikmati setiap jenis sambal CUK yang ada sepuasanya. Kira-kira, pada awal tahun 2015 nanti akan segera hadir outlet tersebut. Jadi, bagi pecinta makanan pedas, nantikan kehadiran outlet sambal CUK diawal tahun nanti.
Terakhir, apa saran Anda bagi mereka yang ingin menjalankan bisnis?
Bagi saya, mereka yang sedang bekerja meniti karir ataupun sedang menjalankan bisnis, sebaiknya dapat bekerja dengan fokus dan komitmen. Kedua hal tersebut adalah modal penting dalam menjalankan sebuah pekerjaan ataupun bisnis secara profesional. Jika Anda mampu bekerja dengan fokus dan komitmen maka bukan tidak mungkin setiap kesulitan yang dihadapi akan menemukan solusinya. Selain itu, untuk menjadi seorang pebisnis sejati maka tidak boleh ada kata ‘pantang menyerah’ dalam setiap usahanya. Sedangkan bagi para ibu-ibu yang sedang berbisnis sebaiknya tetap memposisikan dirinya sebagai seorang istri yang bertanggung jawab. Jangan sampai timbul ego bahwa dengan dirinya menjadi seorang pengusaha maka dirinya sudah mampu mencari nafkah sendiri sehingga tidak menghargai kedudukan suami sebagai seorang pemimpin rumah tangga. Apa yang dijalankan seorang istri dalam berbisnis itu pada dasarnya juga restu dari suami dan juga anak-anaknya. Apa yang didapat dari seorang istri yang berbisnis pun juga untuk suami serta anak-anaknya. Jadi, seorang perempuan yang menjalankan bisnis jangan sampai melupakan kedudukannya sebagai seorang istri dan juga ibu bagi anak-anaknya.
Silakan tulis komentar Anda melalui kolom di bawah ini. Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur.
Artikel Bisnis Terpopuler Hari Ini:
Studentpreneur Founder Story: Dari Cinta Jadi Bisnis Besar
Penerus Generasi Ketiga Justru Tinggalkan Teh Sosro Demi Passionnya
Sejak Usia 15 Tahun, Siswi SMA Ini Raup Jutaan Dari Bisnisnya